Tuesday, December 16, 2008

"A Good-bye Kiss" for George Bush from Iraqi

BAGHDAD (Reuters) - An Iraqi reporter called President George W. Bush a "dog" and threw his shoes at him on Sunday, sullying a farewell visit to Baghdad meant to mark greater security in Iraq after years of bloodshed.

Just weeks before he bequeaths the unpopular Iraq war to President-elect Barack Obama, Bush sought to underline improved security by landing in daylight and venturing out beyond the city's heavily fortified international Green Zone.

He declared the war "not over" despite recent gains.

In a sign of lingering anger over the war that will define the Republican president's foreign policy legacy, an Iraqi journalist shouted in Arabic "this is a goodbye kiss from the Iraqi people, dog," and hurled his shoes at Bush during a news conference with Prime Minister Nuri al-Maliki.

Throwing shoes at somebody is a supreme insult in the Middle East. One of the shoes sailed over the president's head and slammed into the wall behind him and he had to duck to miss the other one. Maliki tried to block the second shoe with his arm.

"It's like going to a political rally and have people yell at you. It's a way for people to draw attention," Bush said. "I don't know what the guy's cause was. I didn't feel the least bit threatened by it."

Another article:

BAGHDAD, Dec 15 (Reuters) - The Iraqi journalist who threw his shoes at U.S. President George W. Bush has become the talk of Iraq, hailed by marchers as a national hero but blasted by the government as a barbarian.

The little-known Shi'ite reporter, said to have harboured anger against Bush for the thousands of Iraqis who died after the 2003 U.S.-led invasion, had previously made headlines only once, when he was briefly kidnapped by gunmen in 2007.

TV reporter Muntazer al-Zaidi remained in detention on Monday, accused by the Iraqi government of a "barbaric act." He would be sent for trial on charges of insulting the Iraqi state, said the prime minister's media adviser, Yasin Majeed.

His employer, independent al-Baghdadiya television, demanded his release and demonstrators rallied for him in Baghdad's Sadr City, in the southern Shi'ite stronghold of Basra and in the holy city of Najaf, where some threw shoes at a U.S. convoy.

"Thanks be to God, Muntazer's act fills Iraqi hearts with pride," his brother, Udai al-Zaidi, told Reuters Television.

"I'm sure many Iraqis want to do what Muntazer did. Muntazer used to say all the orphans whose fathers were killed are because of Bush."

Zaidi shouted "this is a goodbye kiss from the Iraqi people, dog," at Bush in a news conference he held with Prime Minister Nuri al-Maliki during a farewell visit to Baghdad on Sunday.

The journalist then flung one shoe at Bush, forcing him to duck, followed by another, which sailed over Bush's head and slammed into the wall behind him. Throwing shoes at someone is the worst possible insult in the Arab world. Zaidi was dragged struggling and screaming from the room by security guards and could be heard shouting outside while the news conference continued after momentary mayhem.

'BARBARIC'

The government said Zaidi had carried out "a barbaric and ignominious act" that was not fitting of the media's role and demanded an apology from his television station.

Al-Baghdadiya television played endless patriotic music, with Zaidi's face plastered across the screen.

A newscaster solemnly read out a statement calling for his release, "in accordance with the democratic era and the freedom of expression that Iraqis were promised by U.S authorities."

It said that any harsh measures taken against the reporter would be reminders of the "dictatorial era."

The Iraqi Journalists' Syndicate said Zaidi's "far from professional" and irresponsible conduct had placed it in an "embarrassing and critical" situation. Nevertheless, it called on Maliki to release him for humanitarian reasons.

"It was the throw of the century. I believe Bush deserves what happened to him because he has not kept his promises to Iraqis," said Baghdad resident Abu Hussein, 48.

Parliamentary reaction was mixed, with some saying Zaidi chose the wrong venue for his protest. Others cheered.

"Al-Zaidi's shoe is the most famous shoe in the whole world," said Fawzi Akram, a Turkman lawmaker loyal to anti-American Shi'ite cleric Moqtada al-Sadr.

A Libyan charity group chaired by leader Muammar Gaddafi's daughter, Aicha Gaddafi, gave Zaidi an award for bravery.

Zaidi, now in his late 20s, spent more than two days blindfolded, after armed men kidnapped him in November 2007. He said at the time that the kidnappers had beaten him until he lost consciousness, and used his necktie to blindfold him.

He never learned the identity of the kidnappers, who questioned him about his work but did not demand a ransom.

Colleagues say Zaidi resented Bush, blaming him for the bloodshed that ravaged Iraq. It did not appear that he had lost any close family members during the sectarian killings and insurgency, which in recent months have finally begun to wane. (Additional reporting by Haidar Kadhim and Wissam Mohammed; Writing by Michael Christie; Editing by Dominic Evans)

Tuesday, December 9, 2008

Sebuah cerita di hari Selasa Pagi

Sudah hampir seminggu ini Jogja bergerimis-dingin-lembab-menyebalkan. Menyebalkan buat saya, karena cucian baju tak kunjung kering, sementara yang basah terus bertambah. Dan saya adalah pecinta sinar matahari. Yang berpendapat bahwa sinar matahari baik untuk segala aspek ke-makhlukhidup-an, termasuk juga aspek pengeringan cucian. Jadi saya ini jenis manusia yang tidak mempan dengan segala iklan tentang mesin pengering cucian dkk. Pokoknya, bagi saya, baju harus terkena sinar matahari... (he he he, jadi ingat kata2 almarhum bapak saya: Ohalah, Nduk... Kalo sudah keluar kata-kata 'pokoknya', wis koyo debat sama kusir alias debat kusir....). Beruntung saya tinggal di Indonesia yang kaya sinar matahari (kecuali seminggu belakangan ini, yang berasa matahari sedang pelit sinar) dan beriklim ramah (sekali lagi, seminggu belakangan adalah perkecualian...).

Hari Selasa kemarin termasuk salah satu hari yang lumayan basah-lembab-dingin-menyebalkan. Kesebalan saya sedang pada level moderate-agak tinggi. Pasalnya, hari itu saya mau ikut pre-wedding photographic session sepupu saya. Heiss, bukan saya yang difoto yak. Saya cuman mau ikut nimbrung jeprat-jepret, sekaligus meguru pada yang sudah mumpuni. Magang lah, ceritanya. Tapi kok ya semenjak pagi cuaca tidak mau berkompromi. Sebetulnya kalau cuma kehujanan badan, bagi saya tidak apa2. Mengingat jaman muda dulu, waktu masih sering naik-turun gunung, saya termasuk jenis yang water-proof. Gak bakal masuk angin kalo cuman tertimpa air hujan. Cuman masalahnya, kamera yang akan saya bawa ini adalah kamera yang masih disayang-sayang sama hubby. Ya walaupun bukan kamera yang top-branded kayak punya orang2 yang sudah canggih foto-memfoto bgitu, tapi bagi kami, kaum amatir yang sedang akan mencoba berhobi fotografi, sudah masuk kategori lumayan lah...

Jadi, selewat mengantar anak-anak ke sekolah, saya langsung menuju lokasi pemotretan yang pertama. Kebetulan masih ada di dalam kota: Tamansari. Masih dibawah siraman hujan rintik2 berfrekuensi tinggi saya tidak berani menjalankan mobil dengan kecepatan lebih dari 40 kmpj. Dan begitu pulalah pemakai jalan yang lain. Alhasil, semua kendaraan berjalan nggremet di jalanan yang jadi berasa penuh sesak. Kalau tidak mengingat hasrat yang menggebu untuk ikut meguru tadi, rasanya sudah mau balik kanan sajalah. Pulang ke rumah dan meneruskan membaca ulang trilogi Lusi Lindri-nya Romo Mangun.

Akhirnya, alon-alon waton kelakon, saya sampai di alun-alun utara di kompleks keraton. Tidak biasanya, dihari kerja dan bukan musim liburan ini, area tersebut ramai penuh orang. Iseng-iseng saya melambatkan kendaraan dan melirik-lirik pengen tahu. Ternyata sedang ada kirab prajurit keraton yang berpakain lucu-lucu dan beraneka warna, lengkap dengan senjata mereka. Tergodalah saya untuk berhenti sebentar, sekedar untuk memuaskan mata dan rasa ingin tahu. Biarlah orang-orang di lokasi pemotretan Tamansari, memulai aktifitasnya tanpa saya. Toh saya hanya sekedar orang magang yang tidak akan banyak membantu, bahkan mungkin malah akan merecoki.

Tetapi rupanya hanya sekedar berhenti di pinggir jalan di area alun-alun bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Dalam kondisi hujan agak-sedikit-lebat, kerumunan orang2 yang juga berniat menonton kirab, ditambah lagi antrian kendaraan yang mau lewat, dan Polantas galak yang tidak terlihat senang karena harus bertugas dibawah guyuran hujan, urunglah niat saya untuk memarkir kendaraan di pinggir jalan. Perjalanan berlanjut ke Tamansari.

Sampai di Tamansari, ternyata sesi pemotretan belum dimulai juga. Bunga yang untuk dipegang oleh calon pengantin tertinggal di rumah, di Bantul !! Dan ini Bantul di pinggir pantai sana yak, bukan sekedar Bantul perbatasan dengan Kodya.

Akhirnya, demi sopan santun saya tinggal disitu untuk mengobrol dengan sepupu2 saya, sambil menunggu si bunga datang. Dan tidak berasa, jam di HP saya sudah menunjukkan pukul 10:27, dan saya sudah harus menjemput Nino jam 10:30 !! Jadi, pulanglah lagi saya melintasi rute yang sama, yang masih bergerimis, masih nggremet, masih padat oleh kendaraan, melintasi batas kota untuk menjemput Nino dari sekolahnya.

Tanpa hasil deh saya pagi itu menggotong2 tripod dan kamera beserta uba-rampenya. Yah, mungkin memang bukan peruntungan saya di hari Selasa pagi itu.

Wednesday, September 24, 2008

25 Produk Makanan yang Berbahaya bagi Kesehatan

Beberapa hari yang lalu saya terkaget2 mendengarkan berita di radio ttg produk makanan yang ditarik dari pasaran karena menggunakan produk susu dari China yang mengandung bahan melamin. Bukan kenapa-kenapa, tapi beberapa dari produk itu adalah jajanan kesukaan anak-anak saya (yang jelas sudah lulus sensor saya sebagai aparat keamanan bagian jajanan anak-anak).

FYI, melamin adalah bahan kimia berbasis organik yang banyak ditemukan dalam bentuk kristal putih dalam nitrogen. Biasa digunakan sebagai bahan campuran plastik dan pupuk. Melamin tidak punya nilai nutrisi, tapi kaya nitrogen, sehingga apabila dicampur dengan susu akan membuat kadar protein susu seolah lebih tinggi ketimbang aslinya.

Demikian kronologis gonjang-ganjing bahan makanan bermelamin yang saya lansir dari detikyogyakarta.net

Desember 2007: Perusahaan susu Sanlu Group, Cina, menerima keluhan produk mereka membuat bayi sakit.

Juni 2008: Sanlu menemukan susu bubuknya mengandung melamin.

30 Juni 2008: Lima bayi di Hunan sakit batu ginjal karena susu Sanlu.

11 September 2008: Sanlu, yang sahamnya dikuasai Fonterra, Selandia Baru, menarik 700 ton susu formula.

21 September 2008: Departemen Kesehatan Cina mengumumkan 53 ribu bayi sakit dan empat meninggal karena susu beracun itu.

22 September 2008: Departemen Kesehatan RI menarik susu Guozhen produksi Cina.

23 September 2008: Badan Pengawas Obat dan Makanan mengumumkan 28 jenis makanan yang mengandung susu asal Cina.

Sementara produk-produk makanan yang ditarik dari peredaran oleh Badan POM adalah sbb:

1. Jinwel Yougoo Susu Fermentasi Rasa Jeruk
2. Jinwel Yougoo Aneka Buah
3. Jinwel Yougoo tanpa Rasa
4. Guozhen susu bubuk full cream
5. Meiji Indoeskrim Gold Monas Rasa Cokelat
6. Meiji Indoeskrim Gold Monas Rasa Vanila
7. Oreo Stick Wafer
8. Oreo Stick Wafer (disebut dua kali, karena ukuran berbeda)
9. Oreo Cokelat Sandwich Cookies
10. M&M’s Kembang Gula Cokelat Susu
11. M&M’s Cokelat Susu
12. Snicker’s (biskuit-nougat lapis cokelat)
13. Dove Choc Kembang Gula Cokelat
14. Dove Choc
15. Dove Choc (disebut dua kali, karena ukuran berbeda)
16. Natural Choice Yoghurt Flavoured Ice Bar
17. Yili Bean Club Matcha Red Bean Ice Bar
18. Yili Bean Club Red Bean Ice Bar
19. Yili Prestige Chocliz
20. Yili Chestnut Ice Bar
21. Nestle Dairy Farm UHT Pure Milk
22. Yili High Calcium Low Fat Milk Beverage
23. Yili High Calcium Milk Beverage
24. Yili Pure Milk 205 ml
25. Yili Pure Milk 1 L
26. Dutch Lady Strawberry Flavoured Milk
27. White Rabbit Creamy Candy
28. Yili Choice Dairy Frozen Yoghurt Bar (kembang gula)

Jadi, memang paling aman mengkonsumsi makanan 'rumahan' ya.... He he he, harus sering2 berkunjung ke blognya Lina nih, biar jadi pinter masak...

Saturday, September 20, 2008

Indonesiaku oh Indonesiaku...

Sedih rasanya membaca posting Mbakyu saya yang menceritakan hal-hal menyebalkan yang diperlukan orang Indonesia untuk masuk apply visa German. Dengan segala macam pertanyaan dan persyaratan yang (menurut saya) sudah sampai pada taraf mengada-ada dan menyebalkan. Padahal, kalau menurut pandangan saya pribadi, Indonesia jaman sekarang rasanya lebih 'bersih' daripada Indonesia jaman orde baru dulu.

Well, tapi mungkin segala apriori tentang orang Indonesia pada umumnya memang sudah susah untuk dihilangkan. Ironis dengan segala slogan: martabat dan kebanggaan sebagai bangsa besar yang cinta pada kebudayaan sendiri ya....

Tanpa mengurangi keprihatinan saya terhadap cerita Mbakyu dalam usaha mendatangkan ibunda dan adinda beliau ke German, saya baru saja mendapat artikel menarik nih. Tentang penolakan beberapa warga negara US untuk masuk dan dipekerjakan di Indonesia. Regardles betapa murah dan gampangnya bagi mereka untuk masuk ke Indonesia.

Dengan meningkatnya tingkat kriminalitas di ibukota dewasa ini, pemerintah Indonesia telah mengirimkan proposal penawaran kerja kepada sejumlah superhero dari negara paman Sam.
Proposal para superhero diminta kesediaannya untuk bekerja di Indonesia dalam kerjasama dengan Mabes Polri untuk memerangi kriminalitas yang marak terjadi di kota2 besar Indonesia , khususnya Jakarta. Tetapi tidak diduga sejumlah besar superhero menolak ajakan kerjasama ini. Berikut adalah alasan penolakan tersebut:

1. BATMAN (Bruce Wayne)
Bruce Wayne menolak ajakan kerjasama ini dengan alasan yang terlalu dibuat-buat. Alasan beliau adalah dia keberatan menanggung pajak impor Bat-Mobile ke Indonesia. Bayangkan saja pajak impor mobil mewah yang selangit, apalagi untuk Bat-Mobile yang secanggih itu.

2. SPIDERMAN (Peter Parker)
Parker juga menolak ajakan kerjasama ini dengan alasan di Indonesia hanya ada sedikit sekali gedung tinggi, yang menyulitkan dia untuk bergelantungan dari gedung ke gedung. Kalaupun ada gedung tinggi, jaraknya terlalu berjauhan, sehingga sangat menyulitkan. Belum lagi saat bergelantungan, dia takut kecantol kabel listrik dan telepon yang banyak berserakan di langit2 kota besar di Indonesia.

3. INVISIBLE GIRL ( Susan Storm)
Menolak dengan alasan minder. Kemampuan menghilang yang dimilikinya masih jauh kalah dengan kemampuan menghilang orang2 Indonesia . Berikut wawancara yang dilakukan dengan CNN: 'Saya sih hanya bisa menghilangkan diri saya sendiri. Banyak orang di Indonesia yang bukan hanya bisa menghilangkan diri sendiri, malahan hutang, aset2 negara yang pernah dikuasai sampai hutang2 korupsipun bisa dihilangkan juga. jadi, saya minder, nih...'

4. THE THING
Menolak dengan alasan di Indonesia sudahbanyak orang dengan kulit yang lebih tebal dari saya. Bukan hanya kebal peluru, malahan sudah kebal malu segala.

5. HUMAN TORCH (Johnny Storm)
Menolak juga sama dengan anggota2 Fantastic 4 yang lain, karena belum juga mulai bekerja, dia sudah mendapat panggilan dari Kejagung karena dicurigai menjadi dalang terbakarnya beberapa pasar di Indonesia..

6. THE FLASH (Barry Allen)
Sebenarnya Allen sudah mempertimbangkan untuk menerima proposal ini, tetapi setelah melakukan survey ke berbagai lembaga pemerintahan dia akhirnya menolak. Bayangkan saja, untuk mendapatkan tanda tangan KTP, orang harus menunggu berhari-hari. Itupun masih sabar. Jadi, kesimpulan saya, orang Indonesia tidak memerlukan seorang superhero yang memiliki kekuatan berupa kecepatan. Kecepatan tidak ada artinya buat bangsa yang alon2 waton kelakon.

7. SUPERMAN (Clark Kent )
Sang manusia baja ini menolak dengan sopan, karena saya takut disangkutkan dengan tuntutan melakukan aksi pornografi/pornoaksi karena celana depan saya di depan.

8. AQUAMAN
Merasa tidak kuat setelah mencoba pekerjaan baru di Indonesia , karena lautnya sudah tercemar lumpur Lapindo.

9. WONDER WOMAN
Pada mulanya, sang peace ambassador dari Amazon ini merasa yakin bisa membantu pemerintah Indonesia. Tetapi setelah pengamatan lebih lanjut, dia akhirnya menolak juga dengan alasan: kalau saya mati di US dalam menunaikan tugas kan masih bergengsi, dibunuh monster/villain. Di Indonesia bisa2 saya mati digerebek FPI gara-gara kostum saya yang super seksi ini.

10. CAT WOMAN
Menolak setelah ketakutan mendengar lagu Kucing Garong.

Semoga posting yang saya comot dari milis tetangga ini bisa sedikit menghibur hati Mbakyu Ade. Coba dirimu melahirkan di Jogja sini, everythings will be easier for most of the people who cares about you...

Idiot on the computer

Jika Anda merasa gaptek soal komputer, jangan kuatir. Bukan Anda saja yang merasa demikian. Jim Cartlon, seorang jurnalis Wall Street Journal, baru-baru ini mengumpulkan keluhan dari para konsumen komputer Amerika. Dan ternyata keluhan mereka jauh lebih “idiot” daripada yang kita kira..

Berikut

1. Compaq pernah mempertimbangkan untuk mengubah perintah “Press ANY Key” menjadi “Press ENTER Key” dikarenakan banyaknya telefon yang menanyakan letak tombol “ANY” di keyboard.

2. AST Technical Support menerima laporan konsumen karena kesulitan menggunakan mouse. Saat Techinal Support berkunjung, mereka menemukan mouse tersebut tidak bisa digunakan… karena masih terbungkus rapi di dalam plastiknya. Penggunanya (seorang wanita) punya phobia (ketakutan) pada mouse (tikus) sehingga tidak berani mengeluarkannya dari dalam plastik.

3. Di tahun 1980-an, ketika disket masih berukuran besar, Teknisi Compaq pernah menerima keluhan seorang konsumen yang disketnya tidak terbaca oleh drive-disk komputer. Setelah diselidiki, ternyata konsumen itu sebelumnya memasukkan disket ke dalam mesin tik dan mengetikkan label yang tertempel di disket itu.

4. Sebuah keluhan lain dari konsumen AST yang mengatakan disket mereka terkena virus yang sulit dibersihkan. Petugas AST meminta orang itu mengirimkan kopi disket yang terinfeksi itu untuk dipelajari. Beberapa hari kemudian, petugas AST menerima foto kopi disket dari konsumen tersebut.

5. Seorang konsumen DELL mengeluhkan kalau dia tidak dapat mengirimkan fax via komputer. Setelah diarahkan selama 40 menit lewat telepon, petugas DELL menemukan kalau konsumen itu mencoba mengefax via komputer dengan cara menempelkan kertas yang akan di fax di depan monitor.

6. Seorang konsumen DELL lain mengeluh karena keyboard yang digunakannya sudah tidak bisa berfungsi sejak dibersihkan. Ketika ditanya caranya membersihkan keyboard, dia menjelaskan, “Saya mencuci dan menggosok semua bagian keyboard dengan sabun, lalu membilasnya dengan air, dan menjemurnya. “

7. Seorang konsumen DELL marah besar karena tidak bisa menyalakan komputer yang baru dibelinya. “Semua sudah terpasang dengan baik. Tapi setiap kali saya tekan pedal kaki, tidak terjadi apa-apa.” Setelah diselidiki ternyata “pedal kaki” yang dimaksud orang itu adalah :
mouse.

8. Seorang lagi konsumen DELL marah besar karena komputer barunya tidak nyala. Dia menjelaskan semua sudah terpasang dengan benar, dan ketika dia menunggu selama 20 menit, tidak terjadi apa-apa pada komputernya. Ketika teknisi DELL menanyakan apakah “power switch” sudah dinyalakan, dia balik bertanya, “Power switch apa?”

9. Berikut adalah tanya-jawab antara petugas Novell NetWire dengan seorang konsumen :

Penelepon : Hallo, dengan Tech Support?
Novell : Ya, bisa dibantu?
Penelepon : Tatakan gelas di PC saya patah. Apa mungkin saya bisa menggantinya?
Novell : Tatakan gelas ? Apakah itu hadiah saat Anda membeli komputer?
Penelepon : Tidak. Tatakan gelas ini sudah ada di komputer saya. Dan ketika saya meletakkan gelas saya di atasnya, tatakan itu patah. Yang saya ketahui, di bagian depan tatakan itu ada tulisan “CD-ROM, 16X”.

(Saat itu juga, petugas Novell langsung mematikan telepon dan tertawa terpingkal-pingkal. ..)

sumber : milis sebelah...

Monday, September 15, 2008

Mencari Sahabat Lama

Kena timpuk sama bumil di Munich dan bungil (ibu mungil, hi hi hi...) di Oklahoma untuk meneruskan posting dengan topik ini.

Jelas semangat dan hepi dong sayanya kena timpuk, lha wong sudah lama pengen posting tapi ogah mikir. Kebetulan banget kok ya beberapa hari terakhir ini saya teringat beberapa teman saya yang Missing In Action (halah!!). Bahkan lewat FS pun susah dicari.

Begini nih aturan mainnya:

1. Tulisan harus berjudul Mencari Sahabat Lama

2. Tuliskan 7 sahabat yang sedang kita cari.

3. Sertakan identitas sahabat yang sedang dicari itu (Seperti asal Daerah, Sekolah, dll)

4. Tuliskan 7 MP-ers yang harus membuat postingan seperti ini.

5. Selain itu, untuk 7 MP-ers pengintip pertama juga berkewajiban untuk membuat postingan serupa.

6. Tuliskan aturan ini di awal tulisan.

7. Harus dikerjakan dalam waktu maksimal 7x24 jam sejak dibaca postingan ini!

Jadi, inilah the missing people-nya:

1. Aina

Teman kuliah saya di Geofisika-UGM, mulai tahun 1993. Lulusan SMAN 6 Yogyakarta. Waktu itu keluarganya tinggal di Jogja. Mamanya pinter banget bikin kue sopia (waktu saya Kuliah Lapangan di Klaten dulu, pernah dianterin kue ini setas penuh !!). Berhubung kami seangkatan hanya ber-14 orang, jadi berasa banget kalo ada satu yang hilang dari peredaran.

2. Bagus Priyo Suswantoro

Asal dari Madiun, lulusan ITB Tekhnik Elektro (atau Mesin ya?). Teman sekerja jadi tukang insinyur di Schlumberger dulu. Terakhir masih mengirim email balasan ketika saya resign beberapa tahun yll. tapi semenjak itu tidak pernah lagi membalas imel saya.

3. Andriani Retno Kusumastuti, aka. Anik

Berasal dari keluarga yang nomaden berhubung ayahnya sering berpindah2 tugas. Si Bapak terakhir kali saya ketahui menjabat sebagai Kepala Kantor Departemen Penerangan di Solo (tentu saja ketika departemen ini masih eksis). Dia teman saya SMA di SMAN 1 Temanggung, yang melanjutkan ke Prodip Pajak. Saya terakhir kali bertemu tahun 95-an di Solo.

4. Maria Magdalena

Saya tahu, nama itu tidak spesifik sekali. Tapi hanya nama itulah yang teringat oleh saya. Dia teman terdekat saya waktu masih TK dulu, di TK Cor Jesu Temanggung. Terakhir kali saya bertemu ketika kelas nol besar, tahun 1979. Kami berpisah karena ayahnya pindah ke Menado, ke tempat asalnya.

5. Hendri Eka Bakti

Asal dari Bengkulu. Tekhnik Kimia UGM angkatan 1992. Teman KKN, tetangga sub-unit dan tetangga kos. Tahun 1998-an kos di daerah Pogung Dalangan.

6. Agus

Saya lupa siapa nama lengkapnya. Teman kuliah, di Geofisika-UGM angkatan 1992. Bermasalah dengan kuliahnya dan tidak pernah lulus. Asal dari Malang. Teman ngobrol yang menyenangkan, hampir 3 hari sekali main ke kos saya untuk sekedar cerita ngalor-ngidul antara teman, sebelum akhirnya dia tenggelam dalam komputernya.

7. Indah

Saya lupa juga nama lengkap teman saya yang satu ini. Anak Geodesi-UGM angkatan 1995. Dulu teman kos saya sama-sama di Pogung Dalangan, sampai akhirnya pindah kos karena ada masalah. Keluarganya tinggal di Solo. Terakhir saya telpun ayahnya )sekitar thn 2001-an) dia bekerja di NTB, tapi tidak pernah bisa saya hubungi.

Ternyata sulit juga mensortir missing people. Soalnya sebelum nulis kayaknya yakin banget bakal mengalir banyak. Tapi ternyata setelah mulai menulis, susah juga 'menemukan' teman yang benar-benar hilang.

Yang agak lucu nih, setelah setahun lebih tinggal di Taman Cemara ini, baru beberapa waktu yang lalu (sepulang dari Kuwait), saya tahu dan menyadari bahwa tetangga seberang jalan (yang rumahnya pasti selalu saya lewati kalau hendak keluar dari perumahan) adalah teman saya SD dulu !!! Dan saya masih ingat sekali nama lengkapnya. Selama ini padahal keluarga itu sering jadi topik pembicaraan kami, karena kebetulan anak bungsu mereka sebaya Nino dan jadi teman sepermainan sehari-hari. Saya tidak terlalu ngeh, soalnya pembantu saya selalu menyebut dia dengan sebutan: "mamanya Manda" atau "Bu Affan"...

Nah, sekarang saatnya meneruskan timpukan berantai ini kepada teman-teman.

1. Mbakyu Ade si perut gendut, he he he...

2. Mbakyu Retno di Bangkok sana

3. Sodari Titi Mulyani

4. Cie Lisa di Cirebon

5. Dik Maia

6. Ibu Zae di Duri sana

7. Sodara Mumun Muna (eh, sodari, ding.... Peace ya, Mun !)

Ayuh, ibu-ibu... Siapa tahu anda sedang beruntung. Teman yang anda cari ternyata adalah bagian dari Multiply network... Tapi jangan cari mantan pacar, nanti saya kena timpuk beneran sama suami-suami kalian... (bagi yang sudah bersuami loh, hi hi ho ho...).

Dan untuk 7 pengintip pertama, hati-hati ya.... Anda bakal jadi korban berikutnya untuk saya timpuk !!

Thursday, September 4, 2008

When my son proposed a girl....

Punya anak ternyata berarti juga mendapat kejutan-kejutan baru seumur hidup. Ketika anak-anak masih bayi dulu, kejutan yang didapat adalah melihat keajaiban manusia kecil melakukan sesuatu yang lucu. Bertambah hari, bertambah kebisaan dan kelucuannya.

Ketika anak-anak sudah seumur sekarang, saya masih juga sering terkejut-kejut dengan berkembangnya pola pikir dan reaksi mereka pada suatu kejadian. Kadang-kadang, bagi saya, tingkah laku mereka unpredictable.Yang memberi saya pengetahuan bahwa mereka adalah sesosok manusia yang punya pola pikir sendiri dan bahwa saya tidak selalu mengenal mereka seperti yang saya kira (walaupun sebagai ibunya, saya adalah manusia yang paling dekat berelasi dengan mereka).

Nah, ide postingan kali ini adalah kejutan (sekali lagi) dari anak sulung saya, Daffa, aka Abang. Sudah beberapa hari ini dia berbicara ttg menikah. Mulai dari "Mama menikah sama Papa sebelum ada Abang, ya?". Ya iya lah, nak..... sampai ke "Kalau laki-laki itu harus menikah dengan perempuan ya, Ma? Kok bisa begitu, kenapa?"

Kemudian, dua hari yang lalu, usai membaca cerita dan lampu sudah dimatikan menjelang tidur malam hari, tiba-tiba Abang mengatakan sesuatu dengan nada serius dan berkesan agak malu.

"Ma, tadi pagi Abang membisiki Echita begini: Echita, kamu mau nggak menikah sama aku?"

???

Untuk sesaat saya tidak tahu harus berkomentar apa. Saya tahu, kalau saya tertawa atau meremehkan pertanyaannya, dia akan berhenti bercerita kepada saya perihal pikiran2nya ataupun ide2nya. Tapi saya juga bingung, komentar paling tepat yang bagaimana yang harus saya lontarkan untuk menanggapi ceritanya. FYI, Echita ini adalah teman sekelas Abang di Sunsmile.

Jadi, sambil memikirkan respon yang tepat supaya si Abang tidak tersinggung, saya balik bertanya:

"Trus, Echita bilang apa?"

"Dia bilang : Daffa ini lucu banget..."

Hmmm....

Setelah agak terdiam beberapa menit, saya bilang pada Abang:

"Bang, sebenarnya mama lebih senang kalau Abang ini menikah ketika sudah besar loh. Soalnya, kalau Abang menikah sekarang atau dalam waktu dekat ini, Mama jadi sedih karena Mama jadi gak bisa peluk-peluk Abang lagi. Trus kalau Mama kangen sama Abang gimana dong? Nanti Mama nangis..."

"Jangan sedih dong, Ma... Iya deh, Abang janji, menikahnya kalau Abang sudah besar aja. Tapi, biarpun sudah menikah, Abang masih boleh tidur dikelonin Mama kan?"

Ha ha ha, lha wong sudah menikah kok masih mau dikelonin simboknya loh....

Thursday, August 28, 2008

Jogja yang sakit hati

Berikut cuplikan dari Kompas.com edisi Kamis 21 Agustus 2008 :

Yogya KLB Hepatitis A

YOGYAKARTA - Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta mencatat, sebanyak 683 orang positif mengidap hepatitis A sepanjang Januari-Agustus 2008. Hal itu diketahui dari hasil tes darah. Biasanya jumlah kasus positif hepatitis A di DIY hanya sekitar 15 orang per tahun. Kasus itu mulai merebak akhir April 2008.

Jumlah pasien hepatitis A yang terdiagnosis di rumah sakit jauh lebih besar. Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, misalnya, telah melayani 980 pasien hepatitis A yang rawat jalan dan rawat inap sepanjang Januari-Agustus.

Berdasarkan catatan Dinkes Provinsi DIY, hepatitis A mulai merebak pada akhir April. Jumlah penderita pada bulan itu 16 orang. Biasanya jumlah penderita tak lebih dari lima orang per bulan. Lonjakan tajam penderita hepatitis A terjadi pada Mei dengan jumlah 61 orang.

Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan virus hepatitis A. Penyakit ini menyebar lewat makanan atau air minum yang tercemar tinja penderita. Gejalanya berupa rasa letih, tidak nafsu makan, demam, dan muntah. Selain itu, urine berwarna gelap, kulit, dan mata menguning.

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes DIY Sarminto mengatakan, kejadian ini sudah masuk kategori kejadian luar biasa (KLB). ”Akhir Juni kami mengadakan rapat dengan pihak terkait. Keputusannya, hal ini harus ditangani sebagai KLB,” katanya, Rabu (20/8) di Yogyakarta.

Dari hasil penyelidikan kasus per kasus diketahui, persentase kasus terbesar, 65,5 persen, terdapat di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, yang banyak dihuni mahasiswa.

Sebanyak 45 persen penderita adalah mahasiswa dengan faktor risiko kebiasaan makan di luar rumah. ”Ada dugaan virus menyebar dari pedagang makanan yang kurang menjaga kebersihan,” kata Sarminto.

Salah satu penderita, Dwi Nugroho, mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, sempat dirawat selama empat hari di rumah sakit. ”Awalnya mual lalu demam. Mata dan kuku jadi kuning,” ujarnya. Saat ini, seorang teman Dwi masih dirawat di rumah sakit.

Akhir Mei lalu, Diya Eka, mahasiswa Fakultas Teknik UGM, juga dirawat selama satu minggu karena hepatitis A. Setidaknya tiga teman Diya juga dirawat di rumah sakit karena penyakit itu.

Jumlah kasus hepatitis A tahun ini terbesar di Provinsi DIY dalam kurun enam tahun terakhir. Tahun 2002 pernah terjadi KLB hepatitis A di Kabupaten Kulon Progo. Jumlah penderita sekitar 200 orang.

Untuk mencegah meluasnya penyakit ini, Dinkes DIY antara lain melakukan penyuluhan sanitasi kepada pedagang makanan dan menguji kualitas air 40 sumber air, termasuk es yang digunakan pedagang makanan.

Dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof Ali Ghufron Mukti mengatakan, untuk meningkatkan kewaspadaan mahasiswa, pusat lembaga kesehatan UGM, GMC Health Center, mencetak brosur informasi tentang penyakit ini dan pencegahannya. Sejauh ini, jumlah mahasiswa UGM yang dirawat di GMC karena hepatitis A sekitar 200 orang. (Kompas)

Dan ke(tidak)betulan, saya tinggal di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman...

Saturday, August 16, 2008

Yipeee... Seri Avatar sudah tamat !!!

Yak, sodara-sodara para pecinta serial Avatar, The Legend of Aang, saya ada berita seru nih.

Beberapa waktu yang lalu saya menemukan website yang memuat film Avatar sampai ke Book 3-Chapter 21 alias tamat !

Kalau ada yang berminat, ini nih linknya http://www.avatarchapters.org. Hanya mungkin perlu sedikit saya kabarkan. Bagi yang sudah terbiasa menonton di web www.watchavatartv.com, kualitas tayangan di web www.avatarchapters.org ini tidak terlalu bagus.

Tapi yang jelas, puass...puass...puass.... sudah nonton sampai habis. Ibarat orang punya bisul, sudah kempess... he he he....

Nah, kalau ada yang menanyakan penilaian saya atas ending film ini, bgini nih jawaban saya. Ada beberapa masalah yang dibiarkan menggantung dan tidak jelas penyelesaiannya. Contohnya adalah ttg keberadaan ibu si Zuko dan Azula. Trus kejelasan kelanjutan hubungan Aang dan Katara, walaupun pada ending film diperlihatkan (lagi) adegan Ang berciuman dg Katara (dan jangan lupa ya, Aang kan bhiksu !!). Trus seperti kebanyakan film serial berdurasi panjang yang lain, film ini terjebak dalam ending yang begitu mendadak dan begitu pendek. Rasanya klimaksnya terlalu pendek gitu. Mosok dari 4 x 21 seri yang ada (masing2 berdurasi 28 mnt-an, yang berarti total durasi adalah kurleb 39 jam) bisa ber-ending dalam satu seri (28 mnt).

Anyway, secara umum dan keseluruhan, saya menyukai serial ini. Menghibur dan menyegarkan. Kalau menurut saya, ini adalah salah satu tontonan yang layak untuk direkomendasikan sebagai salah satu tontonan yang bisa diacungi jempol.

Hidup Katara.... !!! (lho...?)

Monday, August 11, 2008

Rambut lurus VS Keriting

Tadi malam, tepat sebelum berangkat tidur....

Abang : Ma, gimana ya caranya supaya Abang ini punya straight hair..?

Mamanya bingung, kok tiba-tiba si sulung ini resah dengan rambut keritingnya.

Mama : Kenapa memangnya, Bang? Menurut Mama, Abang ini ganteng dengan curly hair begitu kok...

Abang (teteup ngeyel) : Iya, tapi Abang ini kepengen punya straight hair... (sambil sudah mulai ada nada-nada mo berurai air mata bgitu). Kayak rambut Alvin itu loh....

Ohalah. Rupanya dia mengirikan rambut temannya di sekolah. Atau mungkin ada yang mengolok-olok dia punya rambut keriting begitu ya. Soalnya saya ingat waktu masih sekolah dulu juga suka mengolok2 teman yang berambut keriting. Dan baru sekarang saya sadar, it might hurt somebody's feeling.

Mama : Rambut keriting atau lurus itu keturunan dari orang tua, Abang. Kalau kayak Abang ini kan rambutnya ikut rambut Papa yang juga keriting. Nah, kalau Nino kayak Mama, rambutnya lurus...

Abang : Abang mau kayak Nino aja.... Mau rambut yang lurus...

Haduh, piye iki...

Mama (terpaksa mengeluarkan jurus ampuhnya) : Tapi Bang, Papa Muchtar biarpun rambutnya keriting tapi tetap ganteng kan...

Abang (sambil agak terdiam sejenak) : Iya ya....

Hi hi hi.... buat yang baca, jangan protes ya kalau saya memuji suami saya sendiri.....

Tuesday, July 22, 2008

Old Mac Donald Had A Farm

Sudah 2 hari ini ada pagelaran musik live dirumah. Si Abang sudah mulai 'tertata' bermain piano. Tidak seperti kemarin2 dulu dan sebelum2nya dimana piano hanya sebagai sumber bunyi tidak beraturan yang sering bikin emosi mamanya.

Dua hari belakangan ini, dia sedang rajin2nya melantunkan lagu Old McDonald Had A Farm, dengan cara yang benar. Maksud saya, kesepuluh jarinya bergerak dan matanya melihat ke catatan not balok didepannya. He he he, bagi banyak orang mungkin sesuatu yang biasa dan tidak istimewa. Tapi bagi keluarga kami, dimana kami berdua (saya dan hubby) bisa dibilang sama sekali jauh dari segala sesuatu yang bermuatan seni, hal semacam itu seperti punya pohon mangga berbuah durian.

Bagaimana tidak. Saya dan papa si Abang ini, kalau bernyanyi lagu apapun juga, keluar nadanya pasti sama : nada sumbang. Main musik? Negatif. Menari? Tidak. Menggambar? Dua gunung dan satu matahari adalah pemandangan by default.

Jadi, hore deh kalo ada yang sedikit bisa mewarnai kehidupan keluarga kami dengan seni.

Tuesday, June 24, 2008

Pasar Tradisional

Barusan saya pulang dari pasar Stan yang berjarak kurleb 2 km dari rumah. Tidak biasa-biasanya saya ke pasar tradisional. Kebiasaan ini sudah saya tinggalkan semenjak saya lebih memilih berbelanja ke mall, dengan alasan lebih rekreatif dan tidak becek, dan of course, lebih banyak yang bisa dipandang. Atau kalau tidak sempat ke mall, paling-paling belanja di warung dekat perempatan di luar kompleks perumahan tempat kami tinggal. Seingat saya, terakhir kali saya berbelanja pasar ini sekitar akhir tahun 2007: 6 bln yll !!

Berangkat dari rumah dengan rencana hanya membeli ayam kampung barang seekor dua. Semenjak kemarin sudah ngiler membayangkan soto ayam kampung dan atau bacem ayam. Rencananya, begitu sudah dapat ayam kampung, langsung pulang buat mandiin anak-anak. Trus masih sempat pergi sebentar beli pempek di Jl Palagan dan pulang pas maghrib.

Sesampai di pasar, saya agak terkejut melihat setting baru penataan kios pedagang. Terlokalisir dengan baik dan rapi. Sudah begitu, disekeliling lokasi berjual para pedagang tersebut banyak pohon-pohon besar yang membuat pasar jadi teduh dan terlindung dari silau matahari sore. Cuman saya jadi agak sedikit bingung mencari penjual ayam kampung. FYI saja, pasar Stan ini pasar kecil. Kalau sore hari, cuma satu orang yang berjualan ayam kampung. Setelah mengelilingi pasar sekali sambil mengobservasi, saya akhirnya berhasil menemukan pedagang yang saya cari.

Dan, karena suasana pasar yang kondusif, akhirnya saya tidak berhenti sampai di situ. Setelah menenteng 2 ekor ayam (ayamnya dimasukkan tas plastik hitam ya... jangan membayangkan saya menenteng ayam utuh tanpa dibungkus...), saya lanjut menjelajah sudut2 pasar yang lain. Sesi belanja sore itu berakhir dengan keterbatasan 2 tangan saya menenteng tas belanjaan yang sudah berasa menggigit telapak tangan, saking beratnya.

Dalam perjalanan menuju ke tempat parkir mobil, saya sempat berpikir. Dulu, waktu masih tinggal bersama kedua orang tua (almarhum), saya suka sebel kalo disuruh mengantar ibu saya belanja. Soalnya beliau kalau belanja gak pake planning. Asal terlihat ada yang menarik dipasar, pasti dibeli. Nah, berhubung saya yang jadi porter di belakang, tentu saja saya protes keras.

Dan gak nyangka, ternyata saya mewarisi kebiasaan beliau. Jangan-jangan, ini pengaruh umur ya. Atau ini kebiasaan emak-emak yang universal?

Sunday, June 22, 2008

Sepulang dari rantau....(2)

Sore ini saya menyempatkan diri mengunjungi dokter spesialis penyakit dalam sub specialis paru-paru. Saya membawa foto rontgen hasil berpose waktu medical check di klinik di Jakarta beberapa minggu yang lalu.

Begini kata pak dokter yang saya kunjungi:

"Flek yang ditunjukkan di foto ini bukan penyakit, Bu. Ibaratnya cacar air yang muncul di bagian muka, ada sedikit bopeng dan tidak bisa hilang. Nah, beginilah kenampakan pada foto rontgennya..."

"Jadi, Pak Dokter... Bisa dilakukan tindakan apapun untuk membuatnya bersih lagi nggak ya?"

"Sejauh pengalaman saya, tidak bisa"

Sepulang saya dari rumah sakit, saya benar2 terbengong2 sepanjang jalan (untung nyetirnya tidak kacau karena melamun). Antara jengkel, marah, sedih, setitik senang, dan campur aduk jadi satu dalam hati saya.

Senang, of course, karena ternyata sebetulnya saya sehat wal afiat. Sementara perasaan marah, jengkel dan sedih, tetap tidak bisa hilang. Rasanya ingin menimpakan kesalahan pada dokter dan klinik di Jakarta tempat kami med-check kemarin. Hanya karena inkompetensi dokter dari klinik tempat kami med-check, keluarga kami jadi tidak bisa berkumpul.

Akhirnya yang bisa saya lakukan, saya minta surat pengantar dari dokter yang memeriksa saya tadi untuk periksa phlegm di laboratorium. Setidaknya, saya akan punya bukti tertulis hitam diatas putih ttg kondisi saya. Masalahnya, dengan kondisi sehat walafiat begini, bagaimana saya menghasilkan phlegm untuk diperiksa di lab? Hhhh.... bingung !!

Pelajaran yang saya ambil dari kejadian diatas : menggantungkan nasib pada interpretasi seseorang (walaupun yang sudah dinyatakan ahli dengan diterbitkannya sertifikat dokter) ternyata tidak terlalu bijaksana. Jadi berandai-andai: seandainya waktu itu kami sigap mencari second opinion...

Monday, June 16, 2008

Sepulang dari rantau....

Yak, setelah melalui cerita dan peristiwa yang tidak singkat, akhirnya disinilah saya sekarang. Again, Taman Cemara C-20...

Singkat cerita, saya dinyatakan tidak laik untuk menjadi 'penduduk sementara' Kuwait oleh tim medis yang memeriksa kami di Jakarta kemarin. Hasil foto rontgen memperlihatkan paru-paru saya tidak terlalu bersih, untuk dicap sebagai 'sehat' dan lolos portal.

Sedih? Jelas iya lah. Apalagi setelah kemarin sempat merasakan tinggal bersama sekeluarga disana. Sudah mereka-reka kehidupan seperti apa yang akan kami jalani. Merancang sekolah untuk anak-anak. Bertemu teman yang amat sangat menyenangkan. Ditambah lagi, anak-anak sudah hepi dengan kehidupan kami disana.

Sempat terpikir untuk 'membeli' kelulusan tes kesehatan tersebut. Well, semua orang tahu, apapun bisa dibeli di Indonesia ini. Ditambah juga, pengalaman beberapa teman hubby yang seharusnya tidak lolos tes kesehatan tetapi tetap bisa mengambil Permanent Resident Visa dengan cara bribing.

Tapi, setelah ditimbang-timbang dan diukur-ukur, akhirnya kami memutuskan untuk tidak melakukannya. Salah satu pertimbangan kami, kalau memang saya dinyatakan sakit, ya berarti memang sakit. Yang terbaik untuk dilakukan adalah berobat (dan bertobat, he he he...). Kalau saya melakukannya di Indonesia, segala sesuatunya akan lebih mudah (dan murah) bagi kami sekeluarga. Dengan kondisi tidak fit, kembali ke Kuwait dan menjadi the only house keeper adalah sangat riskan. Bagaimana kalau sampai disana kemudian saya jatuh sakit?

Jadi, disinilah saya lagi....

Kembali mengukur jalanan Jogja setiap hari. Nongkrong di Sunsmile (lagi) untuk mengantar Abang dan Nino sekolah. Maem mi ayam di Pak Wie (lagi). Dan jadi nyonyah besar (yang berasisten) lagi....

He he he.....

Tuesday, May 20, 2008

kekerasan pada wanita

Beberapa hari yang lalu saya share dengan seorang teman. Diantara beberapa tema percakapan, ada sebuah topik yang membuat saya tercengang beberapa saat. Tentang kekerasan pada wanita.

Dia, wanita yang ada dalam pembicaraan kami, adalah seorang sarjana S2, hidup di sebuah negara super modern, bersuamikan seorang lelaki yang tidak kalah tinggi pendidikannya. Setiap kali dia melakukan suatu kesalahan, suaminya menegur dengan cara memukul. Keras tidaknya pukulan tergantung pada tingkat kesalahan yang dilakukan.

Karena sudah sedemikian lamanya si wanita ini mengalami perlakukan yang sedemikian, akhirnya dia berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang wajar. Setiap suaminya memukul sebagai konsekuensi atas kesalahan yang dilakukan, dia akan menerimanya as it is.

Pagi ini, saya membaca posting yang menarik dari mbakyu saya di German. Isinya masih seputar kekerasan pada wanita. Saya postingkan artikel dari mbakyu saya itu disini. Thanks Mbak Ade...

BUNGA

Aku mendapat bunga hari ini meski hari ini bukan
hari istimewa dan bukan hari ulangtahunku.
Semalam untuk pertama kalinya kami bertengkar dan ia melontarkan
kata-kata menyakitkan. Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena hari
ini ia mengirim aku bunga.



Aku mendapat bunga hari ini. Ini bukan ulangtahun
perkawinan kami atau hari istimewa kami.
Semalam ia menghempaskan aku ke dinding dan mulai
mencekikku Aku bangun dengan memar dan rasa sakit
sekujur tubuhku.
Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena ia
mengirim bunga padaku hari ini.
Aku mendapat bunga hari ini, padahal hari ini
bukanlah hari Ibu atau hari istimewa lain. Semalam
ia memukuli aku lagi, lebih keras dibanding
waktu-waktu yang lalu.
Aku takut padanya tetapi aku takut meningggalkannya.
Aku tidak punya uang.
Lalu bagaimana aku bisa menghidupi anak-anakku?
Namun, aku tahu ia menyesali perbuatannya semalam,
karena hari ini ia kembali mengirimi aku bunga.
Ada bunga untukku hari ini. Hari ini adalah hari
istimewa : inilah hari pemakamanku.
Ia menganiayaku sampai mati tadi malam. Kalau saja
aku punya cukup keberanian dan kekuatan untuk
meninggalkannya, aku tidak akan mendapat bunga lagi
hari ini….




















Saturday, May 3, 2008

The D-day

Taraaaa............ Yak, today is the D-day....

Hmmm.., jadi tersenyum2 membayangkan hari besoknya.

1. Terbangun dengan bau ‘kampung halaman’.

Di sini, membuka jendela rumah di pagi hari, disambut dengan bau debu bercampur dg bau crude oil alias minyak mentah. Mengingatkan saya pada hari-hari ketika terbangun di dalam logging unit ditengah2 hutan belantara dan deru mesin genset rig mencabut drill pipe-nya.

2. Mendengar ‘panggilan’ mas2 penjual rujak yang mondar mandir di depan rumah. Suara dentingan serok yang beradu dg penggorengan punya pak penjual nasgor ayam ditimpal suara klintingan orang madura penjual sate ayam, yang begitu melodius.

Bahkan saking saya kangen pada suara-suara ini, pernah suatu siang saya berdelusi mendengar ting-ting suara tukang bakso lewat di sebelah jendela. Sampai saya tungguin melongok di jendela, meyakinkan bahwa itu hanya sekedar khayalan belaka.. he he he...

3. Tidak ada lagi kekhawatiran bakal kesetrum listrik statis ketika menyentuh badan mobil yang barusan berhenti.

Ini yang paling saya benci dari tinggal di Kuwait. Karena udara begitu kering, mobil yang berjalan, bergesekan dengan angin akan dengan mudahnya menimbulkan listrik statis. Jadi, kalau keluar dari mobil, pasti pake acara kesetrum dulu. Saya sampai pernah mikir mau pasang rantai panjang di bumper belakang mobil, biar jadi grounding-nya.

Dan saya juga kesetrum kalo disentuh/menyentuh Daffa, memegang kursi di rumah yang kebetulan berkaki logam. Pokoknya, tiada hari tanpa kesetrum deh.

Tapi ya ada sedihnya juga sih.

Bakal gak ketemu suami berminggu-minggu. Tapi kan cuman sementara ya....

Well, hopefully this will be a good intermezo...

Friday, May 2, 2008

jimat anti hilang...

Yang ada di kantong Abang dan Nino, bekal perjalanan besok. Siapa tahu (semoga saja tidak ya...), tersesat dan ditemukan orang di Bandara.

Wednesday, April 30, 2008

Menghitung hari

Menghitung hari
Detik demi detik
Masa ku nanti apa kan ada
Jalan cerita kisah yang panjang
Menghitung hari...

He he he.... saya sedang menghitung hari nih. Counting down, day by day. Dan semakin dekat harinya, semakin deg-degan.

Yak, saya mau pulkam ke Endonesah tertjintah bersama dua koboi kecil saya. Si Papa ditinggal disini, soalnya gak dikasih libur sama Pak Boss (lha emang nggak minta sih). Lagi pula pekerjaan menumpuk, menunggu untuk ‘disentuh’.

Pertanyaan banyak orang: apa sanggup membawa dua koboi ini melintasi jarak yang hampir 8000 km dengan waktu tempuh hampir 24 jam untuk sampai di rumah?

Jaman dulu, waktu saya masih sering travelling lintas negara lintas benua, saya pernah berbarengan satu pesawat dengan seorang ibu muda yang membawa dua anak balitanya, dari Jakarta ke Amsterdam. Hebatnya lagi, si ibu itu tidak ditemani siapapun juga kecuali kedua anaknya. Saya masih ingat jelas, betapa terkagum2nya saya. Si kecil digendong didepan dengan gendongan ransel, sementara si besar di dudukkan di dalam strollernya. Sementara sebuah backpack tersandang dipunggungnya. Dalam hati saya bilang: “that’s what I called supermom”.

Banyak yang bilang saya adalah supermom ketika masih jadi tukang insinyur dulu. Tapi bagi saya, ibu muda itulah the real supermom. Jadi, semenjak itu, saya selalu membayangkan bahwa saya sendirian bepergian dengan membawa kedua anak balita saya.

Hubby sempat terbengong tidak percaya dengan ide saya pulang ke Indonesia tanpa ditemani. Terbayang bandara Dubai Intl yang begitu penuh orang dan padat. Masih teringat ulah dua koboi kami ketika berangkat kemarin yang menelusup2 diantara antrian sebegitu banyak orang. Belum lagi, masih harus pindah pesawat. Trus nanti kalo yang satu minta diantar ke toilet sementara yang lain tidak mau ditinggal?

Dan saya jawab: Itulah tantangannya....

Tuesday, April 29, 2008

Mengurangi jumlah abjad pada bahasa Indonesia

Abjad yang digunakan di dalam bahasa Indonesia berjumlah 26. Ke-26 abjad tersebut rasanya masih terlalu banyak, dan lagipula ada beberapa abjad yang jarang sekali digunakan.Oleh karena itu mari kita sederhanakan abjad-abjad tersebut dan menyesuaikan dengan kata-kata yang kita gunakan.

Pertama-tama, huruf X, kita ganti dengan gabungan huruf K dan S.
Kebetulan hampir tidak ada kata dalam bahasa Indonesia asli yang menggunakan huruf ini, kebanyakan merupakan kata serapan dari bahasa asing. Misalnya taxi menjadi taksi, maximal menjadi maksimal, dst.

Selanjutnya, huruf Q kita ganti dengan KW. Serupa dengan X, kata2 yang mengunakan huruf ini juga sangat sedikit sekali.

Berikutnya, huruf Z. Huruf Z kita ganti menjadi C. Tidak ada alasan kuat tentang hal ini.

Huruf Y diganti dengan I. Hal ini dilakukan sebab bunii huruf tersebut mirip dengan I.
Kemudian huruf F dan V keduania diganti menjadi P. Pada lepel ini masih belum terjadi perubahan iang signipikan.

Hurup W kemudian diganti menjadi hurup U. Berarti sampai saat ini kita sudah mengeliminasi 7 hurup.

Hurup iang bisa kita eliminasi lagi adalah R, mengingat baniak orang iang kesulitan meniebutkan hurup tersebut. R kita ganti dengan L.

Selanjutnia, gabungan hulup KH diganti menjadi H.

Iang paling belpengaluh adalah hulup S iang diganti menjadi C.

Hulup G juga diganti menjadi K.

Dan hulup J juga diganti menjadi C.

Caia laca cudah cukup untuk hulup-hulup konconannia. Cekalank kita kanti hulup pokalnia.

Cuma ada limahulup pokal, A, I , U, E, O.

Kita akan eliminaci dua hulup pokal. Hulup I mencadi dua hulup E iaitu EE.

Cementala hulup U mencadee dua hulup O iaitoo OO.

Cadi, campe cekalank, keeta belhaceel menkulangee hooloop-hooloop keeta.

Kalaoo keeta tooleeckan lagee, hooloop-hooloop eeang telceeca adalah:

A, B, C, D, E, H, K, L, M, N, O, P, T.

Haneea ada 12 belac hooloop!! Looal beeaca bookan?? Padahal cebeloomneea keeta pooneea 26 hooloop.

Eenee adalah penemooan eeang cankat penteenk dan cikneepeekan! !

Co, ceelahkan keeleemkan tooleecan anda denkan menkkoonakan dooa belac hooloop telceboot.

Calam,

sumber : salah satu posting di milis Kapal ITS

Saturday, April 26, 2008

Besok gede mau jadi apa...(Part 1)

Susan...Susan...Susan...

Besok gede mau jadi apa....

Aku kepengen pinter....

biar jadi dokter...

kalau kamu jadi dokter...

kamu mau apa...

aku kepengen suntik orang lewat...

Mungkin masih ada yang ingat, cuplikan diatas adalah sepenggal syair lagu yang dinyanyikan oleh Ria Enes dan bonekanya: Susan, awal tahun 90-an dulu.

Waktu itu saya sudah duduk di kelas 3 SMP. Sudah bisa memprotes pandangan umum ttg korelasi kalimat yang tersirat didalam lagu tersebut: kalau jadi dokter berarti pintar; yang apabila dicari kalimat ingkar-nya menjadi: tidak menjadi dokter berarti tidak pintar...

Jaman saya masih TK dulu (sampai mungkin kelas 3 SD), 95% anak2 kecil teman sebaya saya, kalau ditanya orang ttg apa cita-cita kalau besar nanti pasti jawaban yang keluar adalah: mau jadi dokter ! Heran deh, kok bisa kompak seperti itu. Apakah karena profesi dokter adalah profesi yang benar-benar populer dikalangan kanak-kanak (mungkin karena seringnya mereka sakit dan dibawa kedokter), ataukah karena brainwash para orang tua kepada anak-anaknya.

Kemungkinan pertama rasanya tidak terlalu tepat. Mengingat saya melewatkan masa kecil saya di sebuah kota kecil di awal thn 80-an, dimana kesadaran orang tua membawa anaknya yang sakit ke dokter masih belum begitu tinggi. Apalagi kalau ‘cuman’ sekedar sakit batuk pilek, biasanya akan diobati sendiri dengan menggunakan ramuan tradisional: jeruk nipis+kecap, atau makan rimpang kencur (Kaempferia galanga L.). Atau membeli obat yang dijual bebas di warung.

Jadi, kemungkinan kedua-kah penyebabnya?

Hmmm.... saya (pada waktu itu) juga termasuk anak2 yang spontan akan menjawab: mau jadi dokter, ketika seseorang menanyakan cita-cita saya. Padahal, orang tua saya tidak pernah sekalipun mendikte mau jadi apa anak-anaknya kelak. Pesan orang tua yang selalu digemakan setiap hari hanyalah: jadilah anak pintar ! Orangtua kalian tidak bisa meninggalkan harta benda yang berarti, hanya ilmu yang bisa dibekalkan sebagai alat kalian merubah nasib menjadi lebih baik...

Saya malah masih ingat, terkadang rasan-rasan dengan (alm.) bapak saya: kapan ya saya bisa ke Amerika... Dan jawaban bapak saya selalu sama: mulakno sekolaho sing pinter ben iso tekan Amerika.... (makanya sekolahlah yang pinter biar bisa sampai Amerika...). Dan ketika betul saya bisa sampai Amerika, rasanya jawaban Bapak tersebut terus terngiang di dalam kepala.

Anyway, balik lagi ke masalah cita-cita massal anak-anak sebaya saya pd era thn 80-an yang ingin jadi dokter. Mungkin penyebabnya adalah latah semata. Soalnya, dunia profesi ‘keren’ yang dikenal hanyalah dokter. Jadi, lepas dari benar-benar ada keinginan untuk jadi dokter atau tidak, daripada repot mikir kalo ditanya mendingan ngikut aja jawaban teman2 yang lain. Toh jadi dokter jelas terdengar keren.

Trus kenapa sekarang saya meributkan masalah cita-cita anak-anak pada jaman saya dulu yang (hampir) semua ingin jadi dokter?

Karena sekarang saya punya anak. Dan tentu saja, seperti (hampir) semua orang tua di alam semesta ini, menginginkan anaknya menjadi ‘seseorang yang berarti’ di kemudian hari.

(to be continued)

Wednesday, April 23, 2008

Utara atau Selatan?

Komentar seorang teman saya yang tidak dibesarkan dalam budaya Jawa. Kenapa orang Jawa selalu menggunakan arah mata angin sebagai penunjuk arah. "Jalan saja ke Utara kurang lebih 200 m, lalu belok ke Barat..." Kenapa tidak menyederhanakan masalah dengan menggunakan kanan dan kiri sebagai referensi?

Entahlah, saya juga tidak tahu sebabnya. Yang saya tahu, saya juga tertempel kebiasaan serupa. Bahkan LCD display di dashboard mobil saya di Indonesia (dulu), selalu saya setel sebagai kompas digital. Supaya saya selalu 'sadar-arah' dan tidak bingung.

Atau mungkin karena di kampung halaman, saya selalu dikelilingi oleh fenomena2 alam yang bisa dijadikan patokan arah. Kalau saya di Jogja, ada G. Merapi yang selalu berada di Utara saya. Kalau di Temanggung, G. Sumbing tidak pernah bergeser dari arah Selatan saya. Kalau saya di kampung mertua, ada juga sebuah gunung (entah gunung apa itu) di arah selatan kampung.

Tadi siang, ada orang ORBIT (salah satu TV channel provider di Kuwait) menelepon untuk menanyakan letak gedung tempat saya tinggal. Mereka datang karena keluhan kami ttg buruknya signal yang tertangkap receiver kami dalam 3 hari terakhir ini. Saya tergagap-gagap demi mendengar pertanyaannya. Maklumlah, yang selama ini jadi jubir penunjuk arah untuk para pengunjung adalah hubby. Tapi untung, saya menyimpan secarik kertas berisi alamat tempat tinggal kami, in case saya tersesat dan harus melapor ke kantor polisi (he he he...). Jadi, saya bacakan saja alamat itu kepada si penelepon.

Tapi rupanya, alamat surat tidak terlalu mudah untuk dilacak keberadaannya secara fisik. Padahal menurut saya, tata kota di Kuwait ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan kampung halaman saya, yang jumlah rumah dengan nomer 351 bisa sampai 4 bijih !

Jadi, si penelepon masih mengejar saya dengan pertanyaan: "Where to be precisely is building no 123 ?"

Walah....

Terpaksa deh, saya kerahkan seluruh ingatan ttg landmark dekat2 rumah yang biasa kami lalui ketika pulang dari atau berangkat ke suatu tempat. Dan diujung pembicaraan telepon tersebut, saya ingat mengatakan sebagai berikut:

"...after Indian Store, you turn left and will see a fish store. From the fish store, go east until you find NTBC building. My building is southward this NTBC building..."

Penelepon saya terdiam beberapa jenak. Dan itu membuat saya sadar, kalau penelepon saya bingung dengan cara saya menunjukkan tempat dengan melibatkan arah utara, selatan dan teman-temannya.

Akhirnya si penelepon dengan nada agak putus asa menyarankan saya untuk melongok ke jendela, siapa tahu saya bisa melihat posisi mereka...

He he he... ya maaf lah, Bapak... Kebiasaan dari kampung memang sulit untuk dihilangkan.

Presentasi ttg Oil Industry di KBRI

Hari Jum'at kemarin ada acara kumpul2 di KBRI. Acara formalnya sih seminar dalam rangka memperkenalkan seluk beluk ttg Oil Industry kepada komunitas non-oil.

Hubby sebenarnya tidak terlalu ingin berangkat, mengingat hari Jum'at sore adalah jadwal Abang untuk ke TPA. Tapi, berhubung Fitri pagi-pagi kirim text-message menginformasikan bahwa pengajian dan TPA libur (dan kata Mas Muchtar ternyata gag libur loh Fit...) ya sudah, off we went lah....

Buat kami, yang dituju sih sebenarnya jajanannya. Kata Mas Jaka (suami Fitri nih), salah satu yang asik dari KBRI itu jajanan khas Indonesia yang sering dijual disana. Nah, karena itu hari Jum'at, kami sudah memprediksi KBRI bakal tutup. Tapi kan yang namanya seminar, pastilah dikasih snack. Lha, itunya yang kami cari.....

Lihat nih, pose Abang waktu presentasi ttg Petro Kimia. Oke banget gak sih... Kelihatan pinter kayak emaknya gitu... hua ha ha.... (hush ! Protes bayar...!!)

Sunday, April 20, 2008

Selamat Ulang Tahun, Ibu Kita Kartini...

Raden Ajeng (Adjeng) Kartini or, more accurately, Raden Ayu (Ajoe) Kartini, (April 21, 1879September 17, 1904), was a prominent Javanese and an Indonesian national heroine.

Ayuh...ayuh... siapa mau upacara pake kebaya?

Thursday, April 17, 2008

Sepatu ...oh, sepatu...

Saya selalu bermasalah dalam memilih sepatu. Bukan masalah modelnya. Masalah model itu sudah pada tahap advance pencarian sebuah sepatu. Masalah saya ini masih basic banget. Ukuran !

Yup, ukuran sepatu. Well, dengan sedikit malu-malu saya akan mengaku kalau ukuran kaki saya ini agak sedikit outstanding dibandingkan orang2 normal lainnya. Dulu waktu saya masih kecil sampai remaja, tidak terlalu merisaukan hal itu. Karena saya selalu masih bisa memilih sepatu laki-laki yang jelas menyediakan ukuran besar. Pun ketika saya bekerja, kebetulan sekali saya melakukan pekerjaan yang 'tidak mewanita', jadi tidak membutuhkan sepatu feminin.

Sekarang, ketika saya benar2 jadi wanita rumahan yang berkegiatan seputar hal-hal yang 'mewanita' masalah itu jadi semakin terasa. Repot kalau mau pergi ke resepsi atau undangan formal lain. Masa sih, atas pake kebaya atau rok bagus, bawahnya pake sepatu kets?

Nah, ketika saya dan hubby memutuskan untuk hijrah ke Middle East ini, saya agak sedikit berpengharapan dalam hal persepatuan ini. Kan konon kabarnya, segala sesuatu yang menyangkut Arabian berasosiasi dengan ukuran besar. Boleh dong saya berharap bakal menemukan sepatu feminin berukuran extra besar disini.

Tapina...

Sudah berapa toko sepatu kami datangi, permasalahan yang sama masih tetap saja ada. Memang mereka menyediakan sepatu ukuran extra besar, tapi selalu out of stock alias sudah keduluan diambil orang.

Jadi, sama aja sami mawon dong ending ceritanya....

Wednesday, April 16, 2008

Working Moms, sebuah fenomena...

Pagi ini pikiran saya tidak bisa lepas pada topik yang sedang hangat dibahas di milis alumni almamater suami saya (Kapal ITS). Sebuah hal sederhana yang kebetulan pernah saya alami sendiri, ttg ibu bekerja dan bagaimana nasib anak-anak yang ditinggalkan dirumah.

Permasalahan diangkat oleh seorang teman yang sedang kebingungan. Dia dan istrinya bekerja di luar rumah di Jakarta (bisa dibayangkanlah, jam kerja dan jam perjalanan rmh-kantor pp di Jakarta). Nah, dia meminta saran ttg mana yang lebih baik dilakukan untuk menjaga anaknya dirumah.

Berikut saya cuplikkan beberapa respons yang amat menarik. Identitas narasumber saya hilangkan demi menjaga privatisasi. Dan juga, saya bahasa Indonesiakan beberapa istilah tanpa mengubah makna (maklum, yang ngobrol arek Suroboyoan, jadi lebih komunikatif kalo berbahasa nge-ludruk.. he he he).

....saya pribadi meminta bantuan 'asisten' untuk mengurus anak dan RT sampai ibunya pulang kerja...
untuk itu sering-sering saya telp juga ke rumah...agar komunikasi tetep lancar dan harmonis.... jadi anak kita nggak merasa jauh dari orang tua kandungnya...

...sekarang susah banget cari asisten yang baik, dan mau menjaga anak sepenuh hati.. Tetep saja ibunya gak bisa di gantikan sama asisten yang di maksud, malah saya ada pengalaman tetangga saya, anaknya malah sayang banget sama asisten ketimbang mamanya... Kalau asisten itu pulang kampung, si anak malah jadi sakit. Dilain pihak kalau kita dapet asisten yang kurang baik, maka sifat-sifat si asisten akan di tiru sama anak, karena bagaimanapun juga sepanjang siang hari si anak di jaganya, sedangkan si ibu baru pulang sore hari pulang kerja...

Kalau ngandalin orang tua/mertua, sampai kapan..? Pasti suatu saat hari dimana orang tua/mertua gak bisa menolong lagi.... Dan semua harus di lakukan sendiri oleh keluarga kita..

....cara nyiasatinya, si ibu aktif ngawasi kerja baby sitternya.
Sehari meskipun dia dari kantor, dia telpon ke rumah bisa tiga sampai empat kali buat nanyain anaknya or ngobrol di telpon ma anaknya. Emang bukan cara yg efektif, tapi paling tidak itu bentuk kepedulian ibu.

Nyari baby sitternya juga ke yayasan penyalur tenaga kerja. Dites dulu sebelum diterima. Trus kalo hari libur kedua ortu bener2 full dirumah ngurus anaknya. Itu tebusan buat hari Senin-Jumat mereka yg hilang di kantor. Sampai sekarang sih
pertumbuhan anaknya baik2 aja tuh. Kata orang sih, yg ditekankan ngurus anak itu kualitasnya bukan kuantitas ketemunya.

....hanya di sini ada pandangan kualitas lebih penting dari kuantitas.....
Jadi nanti kalo si anak sudah besar maka akan kurang lebih (mungkin) begini: Ngurusin orang tua itu cukup dari Singapore (mungkin kerjanya di Singapore nantinya...) cukup di cek/ditelpon ke pembantu dirumah (yang menemani orang tua karena orang tua tinggal 1 ibu/bapak ) apakah ortunya sehat. Kalo agak sakit ya tinggal suruh pembantu mengantar ke rumah sakit trus telfon rumah sakit apakah sakit tuanya kritis atau tidak. Jadi nggak perlu buru-buru pulang nengok ke kampung halaman karena harus bekerja dan menjaga karier.
Dan kembali ke ajaran ortunya juga, yang mengatakan kunjungan, menemani dan sebagainya tidak penting. Pertemuan atau kunjungan cukup 2 tahun sekali ... karena kualitas kunjungan yang penting bukan kuantitasnya......

....sebagai anak yg dulu ibu bapak kerja, kadang merasa iri juga dg yang ibunya ada dirumah. Ada pembantu waktu itu tapi gak bisa ditanyain PR, sukanya dengerin sandiwara radio mulu kadang2 nyanyi-nyanyi mulu. Kalau anak masih bayi belum ngerti apa2 masih mending kebutuhannya hanya makan tidur, saat anak mulai usia sekolah trs suka tanya2 kalo pembantunya pendidikannya minim jawaban yg didapat anak pasti bisa dibayangin, belum lg soal tayangan TV apa bisa ortu bisa kontrol sampai segitu detail?

...ada penitipan anak dengan banyak nanny2 berpengalaman. Nanny itu memposisikan dirinya bukan sebagai saingan ibu asli. Disitu si anak belajar bersosial. Si nanny mengajarkan banyak hal dari mulai agama sampai kehidupan social dalam takaran anak. Nanny juga menjelaskan dgn caranya bahwa ortu nya kerja untuk si anak, unt kebahagian si anak, ortu sayang kepada anak makanya ortu kerja. Kalo sabtu minggu mereka sekeluarga meluangkan waktu pergi bersama. Tiap malam masih bisa makan malam bareng. Itu lah saat anak-ortu berinteraksi....

Begitulah yang saya baca. Amat sangat menarik dan menggelitik. Saya sendiri dulu adalah ibu bekerja dengan 2 anak balita dirumah. Saat itu everything looked ok. Tapi apakah benar-benar oke?

Tidak. Saya tidak oke. Saya menderita. Karena saya merasa bersalah meninggalkan anak saya dirumah, untuk mengejar sesuatu yang (menurut saya pribadi) sebetulnya tidak terlalu penting. Ironis sekali ketika saya berpikir: saya bersekolah tinggi, banyak membaca buku bagus, banyak bergaul dg orang pintar, tapi anak saya diasuh oleh orang yang hanya sekedar lulus pendidikan menengah.

Saya produk rumah tangga dengan kedua ortu bekerja. Tuntutan ekonomi keluarga kami waktu itu memang mengharuskan kedua orang tua saya untuk bekerja di luar rumah. Saya dan kedua saudara kandung saya diasuh oleh pembantu. Saya bahagia. Adalah tidak benar kalau dibilang saya tidak mempunyai masa kecil yang menyenangkan. Tapi, yang terjadi adalah, saya tidak mempunyai ikatan yang erat dengan kedua ortu saya. Jelas kami saling menyayangi satu sama lain. Tapi hanyalah tidak dekat.

Dengan bercermin pengalaman saya sendiri, saya ingin segala sesuatunya menjadi lebih baik bagi saya dan anak-anak saya.

Ibu bekerja jelas bukan sesuatu yang salah. Apalagi kalau memang keadaan mengharuskan demikian. Tidak sedikit anak2 yang tumbuh dan menjadi orang sukses adalah produk dari rumah tangga dengan kedua orang tua bekerja. Ditambah lagi, banyak orang berpikir, tuntutan zaman tidak lagi membuat seorang ibu hanya 'sekedar' menjadi ibu rumah tangga.

Well, semoga tulisan ini bukan sesuatu yang menyinggung atau menyudutkan para wanita bekerja. Just want to share what I got today from mail chain.

Sunday, April 13, 2008

Pefindo keluarkan peringkat 180 reksa dana

Bagi yang ingin mencoba-coba berinvestasi lewat reksadana, semoga berita dibawah ini bisa dijadikan salah satu referensi (dipetik dari Bisnis Indonesia Edisi Cetak, 14 April 2008).

JAKARTA: PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengevaluasi 50 produk reksa dana saham dan 130 reksa dana pendapatan tetap berusia di atas dua tahun untuk menentukan peringkat reksa dana.

Direktur Pefindo Salyadi Saputra mengatakan proses pemeringkatannya sudah selesai, tetapi masih menunggu saat yang tepat untuk mengumumkannya.

"Kami telah melakukan evaluasi terhadap 50 produk reksa dana saham dan 130 produk reksa dana pendapatan tetap," ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Dia menuturkan Pefindo akan mengeluarkan peringkat reksa dana pada awal Mei yang untuk sementara terbatas pada reksa dana saham dan pendapatan tetap. Rencana ini, mundur dari perkiraan semula pada akhir April.

Menurut dia, pemeringkatan reksa dana terproteksi sebenarnya sudah dikaji tetapi belum dikeluarkan bersamaan dengan pemeringkatan perdana reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap.

Dia menuturkan reksa dana saham baru populer dalam dua tahun terakhir sehingga sebagian besar produk reksa dana saham yang ada di pasaran saat ini belum berusia dua tahun.

"Dalam pemeringkatan kali ini, manajer investasi [MI] menyumbangkan rata-rata satu produk reksa dana saham yang masuk dalam syarat pemeringkatan," ujarnya.

Salyadi menambahkan Pefindo menilai kemampuan MI membuat reksa dana yang menghasilkan keuntungan (return) lebih tinggi dari pencapaian rata-rata.

"Produk reksa dana saham tentu harus menghasilkan keuntungan lebih dari return indeks harga saham gabungan(IHSG), sementara reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi harus memiliki return di atas rata-rata tingkat imbal hasil (yield) obligasi." (04)

Saturday, April 12, 2008

Kekerasan pada anak

Seminggu setelah Abang masuk 'sekolah' barunya, saya mendapat cerita yang mengejutkan dan cukup membuat shock. Abang bercerita tentang salah seorang temannya yang dipukul oleh Auntie di sekolah. Yang dimaksud dg Auntie ini adalah asisten Ibu Gurunya. Saat itu juga saya (S) mengorek keterangan lebih jauh dari Abang (A);

S : Kenapa teman abang tadi dipukul? Nakal dia tadi di sekolah?

A : Iya..

S : Ibu Guru tadi lihat nggak kalau Auntie pukul teman Abang?

A : Enggak. Soalnya kan dia sibuk mengurusi anak yang lain..

S : Trus teman Abang itu tadi nangis nggak?

A : Iya lah, Ma. Kan kalau dipukul itu sakit.

Dan Abangpun me-reka ulang adegan pemukulan disekolahnya. Dengan menggunakan penepuk lalat, dia memukul punggung saya. Well, tidak sakit sih sebenarnya, tapi siapa sih yang suka dipukul... Dan dengan alasan apapun juga, saya tidak menyetujui pemukulan terhadap anak-anak. Apalagi anak orang lain... (apalagi anak saya yang dipukul oleh orang lain...). Yang namanya nakal itu kan wajar. Namanya juga anak-anak...

Trus saya tanya lagi si Abang;

S : Kalau Abang, pernah nggak dipukul waktu di sekolah?

A : Enggak

Hmmm... bukan jawaban yang cukup melegakan saya. Karena, dalam pemikiran saya, enggak bisa juga berarti belum. Jadi, saya wanti-wanti dan berpesan pada Abang;

S : Abang, Mama dan Papa mengirim Abang ke sekolah ini karena Mama dan Papa kepingin Abang belajar. Jadi, Abang be good boy, tidak boleh nakal dan mengganggu teman2, dengarkan kata Ibu guru... Tapi, kalau suatu ketika Abang dipukul, Mama mau Abang bercerita pada Mama atau Papa. Mama tidak suka anak Mama dipukul oleh siapapun juga. Abang mengerti maksud Mama?

A : Iya, Ma...

Dan pembicaraan ttg hal tersebut diakhiri dengan mengulangi statement saya diatas dan memastikan bahwa Abang mengerti sejelas-jelasnya maksud saya.

Sebelumnya bercerita lebih lanjut, ada baiknya saya bercerita sekilas tentang sekolah Abang ini.

Menurut saya pibadi sih, sebetulnya tidak tepat kalau tempat ini disebut sebagai sekolah. Penyebutan istilah sekolah hanya untuk mempermudah saya menyebutkan nama tempat tersebut kepada anak-anak.

Dengan bertempat di sebuah apartement yang hanya berjarak beberapa gedung dari tempat kami tinggal, sekolah ini dikelola oleh seorang ibu rumah tangga berkebangsaan India. Banyak anak-anak (dengan kisaran usia antara 2.5 thn - 5 thnan) dengan berbagai kebangsaan dititipkan di tempat ini. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan mereka memasuki sekolah formal. Jumlah anak yang dititipkan disitu (menurut saya) terlalu banyak untuk jumlah ideal murid satu kelas. Delapan belas balita dalam satu 4x4 m2 ruangan !!

Yang mengawasi dan mengajari mereka adalah satu ibu guru ditambah satu asisten pengajar (yang saya yakin tidak memiliki bekal ilmu sebagai pengajar dan pendidik anak-anak).

Well, pasti ada yang bertanya2, kenapa nada saya pesimis dalam menggambarkan sekolah Abang?

Jawabannya adalah: karena pada dasarnya saya tidak terlalu suka menitipkan Abang disana. Tapi ada beberapa pertimbangan yang membuat kami tidak bisa menentukan lain. Antara lain:

1. Tahun ajaran baru di sini sudah dimulai pada bulan September. Sekolah favorit tidak mau menerima murid baru ditengah2 tahun ajaran. Jadi, mau tidak mau, si Abang ini ya harus menunggu sampai bulan September kalau tetep mau masuk sekolah favorit disini.

2. Rencana semula, saya mau home-schooling Abang di rumah. Tapi ternyata ada 2 balita dengan beda umur (yang jelas juga jadi beda minat), ternyata hal tersebut sulit sekali untuk dilakukan.

3. Karena belum bisa dapat SIM, saya tidak bisa beranjak jauh dari rumah tanpa kawalan suami. Jadinya, the one and only option buat kami ya tempat ini lah..

Kembali lagi ke kasus pemukulan teman Abang disekolah tadi. Pada suatu ketika, saya berkunjung ke rumah Fitri. Kebetulan, disela-sela ngobrol ngalor ngidul, saya sempat bercerita ttg kisah tersebut diatas. Komentar Fitri membuat saya menyadari suatu fakta yang tidak saya tahu sebelumnya.

"Lha kan memang orang disini kayak begitu memperlakukan anak2nya, Wid. Makanya nggak heran kalau sering mendengar kasus pemukulan terhadap pembantu (TKI, red.). Lha wong sama anak sendiri saja ringan tangan bgitu, apalagi sama orang lain. Pembantu pula..."

Saya jadi ingat suatu kejadian yang saya lihat ketika pertama kali jalan2 ke IKEA dulu. Ada seorang ibu2 Arab membawa 2 orang anaknya (sekitar seumuran 3 thn dan 5 thn). Ketika seorang anaknya mencoba memegang furniture yang dipajang, mendadak si ibu (yang sudah berjalan beberapa meter didepan) menghampiri si anak dengan langkah panjang dan tergesa. Saya pikir mau menggandeng anaknya, karena kuwatir anaknya tertinggal jauh dibelakang. Eh, lha kok si anak perempuan ini, begitu melihat ibunya datang, langsung pasang posisi melindungi diri dengan kedua tangan kecilnya, seakan2 ada orang yang mau 'menyerang' kepalanya. Masyaallah... saya sampai menghentikan langkah sejenak dan bengong...

Pada tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda, saya berkesempatan ngobrol dengan salah seorang ibu teman sekolah Abang. Saya selipkan juga cerita diatas, ttg teman sekolah anak2 yang dipukul sama Auntie. Eh, lha kok ibu itu juga punya cerita yang tidak kalah bikin saya herannya loh...

"Dulu Rofi (nama anaknya) juga pernah di'tonyo' kepalanya (he he he, apa sih bahasa Indonesia-nya di'tonyo'? Itu loh, gerakan mendorong dahi orang lain, sebagai bahasa tubuh membodohkan orang lain) gara-gara diajarin menulis tapi nggak bisa-bisa..."

"Trus, gimana dong, Mbak? Masak diam aja anak diperlakukan begitu sama orang lain?" tanya saya, tanpa bermaksud ngomporin.

"Ya saya bilang aja sama Rofi: lain kali, kalo dibegitukan lagi, bilang sama Ibu Guru kalo Rofi mau laporkan sama ayah. Biar ndak sekolah disini lagi..."

Wahh... kalau menurut saya, itu sih bukan solusi yang cukup bagus...

Iseng-iseng saya bercerita pada salah seorang teman baik saya ttg runtutan kisah tersebut diatas. Komentarnya cukup singkat, tapi pas banget "Pantesan org2 Arab susah bgt diajak hidup damai... Dari kecil aja sudah diajarin kekerasan".

Well, cerita saya diatas tidak bermaksud untuk mendiskreditkan orang2 Arab loh, ya. Saya hanya menceritakan pengalaman dan pemahaman yang saya dapat dari mengamati perilaku sekitar saya. Saya yakin, tidak semua orang Arab mendidik anak2nya dengan kekerasan. There always be anomalies in every aspect of life... Cuman masalahnya, yang mana yang masuk kategori anomali, dan yang mana yang dibilang sebagai "normal" disini, wallahualam...