Monday, March 31, 2008

Thursday, March 27, 2008

Weird facts about Kuwait

Well, don't mistaken my words. They're not weird in negative way. It's just because I don't used to see them and it's a bit strange for me. Got infos about these facts from The British Ladies Society, who released a handy welcome bulletin for newcomer in Kuwait. Here they are.

The water in cold water roof-top tank will actually quite hot in the summertime. If you switched off your hot water tank (which sits inside, out of the sun) you can use that water as your cold water througout the summer.

He he he, saya tidak bisa membayangkan panasnya Middle East ketika musim panas tiba, sampai-sampai air dingin didalam tangki bisa berubah jadi air panas. Dari pengalaman hubby, biarpun pemanas air dimatikan, campuran air dari kedua tangki, tetap saja terlalu panas untuk dipakai mandi. Jadi, bisanya beberapa jam sebelum saat mandi, bathtub diisi air. Kalo sudah mendingin, tinggal dicampur dg air panas dari cold water tank (yang sudah berubah jadi hot water tank).

Kuwait was heavily mined, mostly in defined areas, during the Gulf War. Deminers have been in since and cleared most of them but sometimes you'll read of an unfortunate shepherd being blown up near Wafra.

Areas that are well used by people and animals area considered to be 100% clear. However, in less used areas, particularly north of the city and along the coast, there is a small chance of finding unexploded ordinance or mines.

Halah banget nggak sih itu. Bagaimana saya tidak deg-degan setiap saat, lha wong hubby kalo kerja di daerah2 north situ, yang memang berbatasan dengan Iraq.

Teringat jaman dulu waktu saya juga masih ke field, kalau tidak bisa menemukan oil well yang dicari, biasanya trus potong-potong jalan, off-road, cari shortcut. Blusukan lah istilahnya. Pernah nih, mobil teman satu ini, karena cari shortcut ke lokasi, trus offroad membabi buta, akhirnya mengirim panggilan SOS minta ditarik mobilnya dari kubangan lumpur. Lha kalau disini mau blusukan bgitu? Bisa-bisa pulang tinggal nama...

Saturday, March 22, 2008

Seksi...

Pembicaraan pagi ini selepas Abang mandi.

Abang : "Ma... lihat, Abang seksi nggak?" (sambil menunjukkan kaosnya yang sedikit terangkat dan terlihat kaos singlet didalamnya)

Mama : "Hah? (terkaget-kaget mendengar istilah si Abang) Seksi itu apaan sih, Bang?"

Abang : "Itu loh, Ma. Seksi itu keren sekali...."

Nino (ikutan nimbrung): "Abang sasi...Nino sasi...Mama sasi...."

Speechless deh... Pengen nerangin apa itu seksi, cuman bingung, bagaimana caranya? Bagaimana menjelaskan dg kata-kata yang masih masuk nalar anak umur 4.5 thn?

Friday, March 7, 2008

Bisa nonton AVATAR, The Legend of Aang online !!

Sodara-sodara para pecinta Serial Avatar, The Legend of Aang...

Saya barusan nemu website buat nonton Avatar sampe seri yang terakhir (Book 3 Chapter 13). Ayoh...ayoh... kunjungin web-nya. Dijamin tidak kecewa. Resolusinya buagus, gak ada ads-nya, gak pake putus2 gambarnya....

Ini nih alamatnya: http://www.watchavatartv.com

Cihuyy... saya masak...

Setelah mengirim permintaan SOS kepada beberapa kitchen expert untuk minta bocoran resep yang gampang, ndak pake mixer, ndak pake dikukus, preferably pake pisang (soalnya banyak timbunan pisang cavendish yang sudah over-ripe di dapur), akhirnya saya bisa masak juga. Atas petunjuk Fitri (hi hi, kayak jaman orba aja: atas petunjuk bapak presiden...), saya mengambil resep ini di blog ibu Yeni (halo, Bu. Terima kasih atas contekannya...).

Judulnya Banana Pizza. Bikinnya guampang dan cepat.... Hasilnya? He he he, jadi malu mau ngaku. Sebenarnya sih nggak bgitu berhasil2 amat. Kayaknya sih cetakan pizza saya terlalu kecil, jadi adonan dough-nya kurang tipis. Dengan diberi muatan pisang, jadi berasa agak2 bantat gitu. However, saya suka banget....

Untuk Dough :
2 bh pisang Ambon (saya pake pisang Cavendish)
500 ml tepung terigu
1/4 gr mentega (karena timbangan saya tidak bisa mengukur sepresisi itu, saya pake 1 sdm mentega)
1 bh telor (entah kenapa, adonan saya terlalu 'kering'. Jadi saya tambah 1 telor lagi)
1/2 sdt garam
3 sdm gula pasir

Topping :
Coklat cair secukupnya
2 bh pisang ,potong bulat
4 bh strawberry potong bulat
2 sdm Margarin buat olesan

Dan inilah penampakan hasil perbuatan saya. Taraaaa....

Thursday, March 6, 2008

Chapter of my life (2)

Tibalah hari saya harus berangkat ke tempat kerja saya yang pertama. Deg-degan plus exciting, secara itu akan jadi saat pertama saya naik pesawat terbang. Saya perhatikan baik-baik petunjuk keselamatan penerbangan yang diperagakan oleh pramugari, saya hapalkan letak pintu darurat, saya cek keberadaan jaket pelampung dibawah kursi, dll. Sudah itu, saya coba menyamankan diri sendiri dengan memeriksa segala sesuatu didekat saya: meja yang bisa dilipat, arm-rest yang bisa dinaik-turunkan, reclining seat control, saluran AC diatas kepala. Hmm.. sudah hapal semua, sambil saya membayangkan akan menceritakan kepada Bapak dirumah, how it is like being in an aeroplane.

Pemberhentian pertama (seperti biasa) adalah Changi. Ohalah, jadi ini toh yang namanya Changi. Ck ck ck... masyaallah luasnya. Pantas Singapore butuh banyak pasir laut untuk memperluas daratannya, lha satu sarana infrastruktur yang dia punya sudah sebesar ini... Biarpun mata mengantuk dan badan pegel, tetap saya mempergunakan waktu 2 jam berhenti untuk window shopping didalam airport. Semua sudut saya kunjungi dan saya analisa sendiri didalam hati. Euphoria gitu loh...

Penerbangan selanjutnya mengantar saya ke Bangkok. Thai Intl airport tidak jauh berbeda dg airport kita. Saya harus pindah ke terminal domestik untuk naik pesawat ke Phitsanulok. Hampir 3 jam saya harus menunggu pesawat berikutnya, yang saya lewatkan hanya dengan duduk2 dan mengobrol dg seorang calon penumpang lain yang (amat sangat kebetulan) ganteng. Jam 7 malam, pesawat saya berangkat ke Phitsanulok, dan mendarat di bandara setempat pkl 8. Setelah mengumpulkan barang2 bawaan, saya melihat berkeliling mencari penjemput. Bandara Phitsanulok ini bandara kecil (lebih kecil dari Bandara Adisutjipto sebelum renovasi lah..). Celingukan kesana kemari, tidak juga saya dapati orang memegang kertas bertuliskan nama saya. Hwarakadah... piye iki? Saya coba tanya orang didekat saya ttg keberadaan kantor Schlumberger terdekat. Jawaban yang saya dapat hanyalah gelengan kepala dan ekspresi tidak mengerti. Saya coba bertanya pada petugas bandara. Respons yang saya dapat kurang lebih sama. Dan saya mulai sadar, orang2 ini tidak berbahasa Inggris. Keringatan deh saya, tanda mulai panik... Dan waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, petugas bandara sudah memberi isyarat kepada orang2 yang masih berada di dalam untuk segera keluar karena bandaranya mau digembok !!

Hmm... be calm, Widia”, I said so to myself. Saya jadi ingat kalau berbekal contact number orang kantor. Tapi saya tidak yakin kalau nomer tersebut bukan nomer kantor. Jam segitu, siapa sih yang masih nekat ada dikantor (begitu pikir saya ketika belum mengenal Schlumberger). Tapi daripada tidak ada yang dicoba, saya nekat masuk ke bilik telepon umum. Untung ada beberapa receh Thai Bhat di dompet. Setelah bertanya pada porter2 yang ada (dan mereka begitu baik serta helpful) uang mana yang musti saya masukkan utk menelepon, saya tersambung juga dg contact person yang seharusnya meng-arrange penjemputan saya. Nada yang saya dapatkan adalah nada terkejut: “Hah? Are you in Phitsanulok right now? I thought you’ll be coming here next week..” ...ggrrhh.##@@#&&!!...

Jadi, singkat cerita, setelah beberapa pisuhan dalam hati kepada orang2 yang terlibat dalam kasus miskomunikasi tersebut, saya diinstruksikan untuk menginap di sebuah hotel. Dengan menumpang sebuah mobil taksi gelap, saya diantar dg selamat sampai ke depan hotel. Dan sopirnya begitu baik, dengan menyuruh saya menunggu didalam mobil ketika dia menukarkan uang untuk kembalian. Padahal setelah begitu capek, sebal, lapar, haus, badan lengket, saya tidak begitu peduli nilai uang yang saya sodorkan pada pak supir. Lagipula saya juga tidak mengerti berapa seharusnya saya bayar, wong bapak itu tidak berbahasa Inggris dan saya tidak berbahasa Thai.

Begitulah, akhirnya saya tinggal di Thailand untuk beberapa saat. I did enjoy my stay in Thailand. Ate its fenomenal food. Got many friends. Visited many beautiful places. Sampai tiba saatnya, saya harus berangkat lagi menuju ke tempat pemberhentian selanjutnya: Kellyville, Oklahoma.

bersambung....

Part of my life (1)

Tertarik juga nih dg usul Cikko untuk menulis flashback beberapa periode dalam kehidupan saya. Lumayan juga buat pengingat ketika sudah tua besok (amiinn, semoga diberi umur panjang oleh Yang Maha Kuasa), bisa dijadikan bekal pengalaman bagi anak-anak.

Dimulai pada bulan Desember 1999, ketika saya ikut rekruitmen Schlumberger secara iseng2 berhadiah. Lha wong saya belum lulus, belum ujian skripsi (aka. Pendadaran), nulis juga belum sampe kesimpulan. Cuma waktu itu saya benar2 sudah bosen jadi mahasiswa. Capek jadi orang yang uang sakunya pas2an terus. Bayangpun deh, saya masuk UGM thn 1993, jadi bisa dihitung toh, berapa tahun saya melewatkan waktu saya jadi mahasiswa. Eh, tidak disangka, surat lamaran yang kami antar rame2 malam hari ke hotel tempat para rekruter menginap (dan itu sudah terlambat, wong deadline-nya harusnya tadi siang jam 12) membawa keberuntungan bagi saya. Waktu itu kami bertujuh menyerahkan lamaran, hanya 3 yang lolos sampai ke tahap test kedua (saya, Dwi Budi dan Winarno). Dan hanya saya dan sohib saya, Budi, yang lolos ke wawancara. Selewat wawancara, tidak ada kepastian dari Schlumberger ttg nasib saya. Ditolak tidak, diterima juga tidak. Well, waktu itu saya pikir, mending saya konsen ke skripsi saya yang terbengkalai, baru kemudian saya kejar Schlumberger lagi.

Balik lagi ke kampus, berkutat dengan skripsi yang materinya sama sekali tidak saya sukai. Menghadap dosen pembimbing saya. Revisi. Menghadap lagi. Revisi lagi. It’s just like a never ending chain. Padahal, entah kenapa, saya selalu stress berat kalo menghadap pak dosen pembimbing ini. Akhirnya, setelah 2 tahun kucing2an dengan skripsi, berakhir juga penderitaan saya dengan maju ujian pendadaran. Tanpa disangka, setelah melewati presentasi dan seminar yang menyebalkan (dan jelas bukan presentasi dan seminar yang membanggakan), saya dihadiahi nilai A oleh tim penguji. How lucky I was. I must have done something good days before...

Bulan Mei 2000, akhirnya cita-cita Bapak dan Ibu saya untuk melihat putri satu-satunya berkalung shamir kesampaian juga. Pada tanggal 20 Mei 2000 (tgl 19 adalah hari Minggu, jadi tidak ada wisuda), saya ditahbiskan menjadi seorang Ssi dalam bidang Fisika. Hmmm.... tidak ada rasa yang berbeda dalam hati dg penambahan 3 huruf dibelakang nama saya. Yang jelas, masih berasa lega dihati karena terbebas dari skripsi yang menyebalkan.

Back to real life, sudah saatnya untuk chasing Schlumberger lagi. Bulan Mei ini mereka balik lagi ke kampus untuk mengadakan rekruitment. Saya dan Budi, yang nasibnya sama2 digantung, berniat untuk protes kepada para rekruiter. Sehari sebelum tim rekruiter tsb presentasi, saya mengirim email pada TDS Manager (waktu itu Ahmad Yuniarto) menanyakan ttg kejelasan hasil interview saya. Response yang saya dapat benar2 menyenangkan. Saya disuruh datang lagi ke hotel untuk langsung wawancara. Pewawancara saya kali ini tidak tanggung2: si bos gadang, Ahmad Yuniarto. It was really a fun interview. Pulang dari wawancara, rasanya mantep banget bahwa saya bakal ke Schlumberger.

Bulan Juni tahun yang sama, mulailah rangkaian trip Jakarta-Jogja untuk beberapa wawancara lanjutan dan tes kesehatan. Beruntunglah saya, saya diberi pilihan untuk masuk ke Western-Geco (was Geco-Prakla) atau ke Wireline. Salah seorang teman dekat saya, Tana, yang sudah setahun di Schlumberger langsung menyarankan Wireline. Saya sebenarnya lebih condong ke Geco Prakla, tapi karena iming2 Tana ttg Wireline yang bla..bla..bla..., akhirnya saya kirim imel ke Pak Ahmad untuk membatalkan option masuk Geco Prakla. And again, I feel lucky to choose Wireline.

Bulan Juli, saya bersama 15 engineer baru dari berbagai kebangsaan (4 dari Indonesia, termasuk saya)menandatangani kontrak dengan Schlumberger. Dan mulailah babak baru dalam hidup saya dimulai, a point of no return. Kami menjalani masa pelatihan Schlumberger pertama: OFS 1. Mulai dari pengenalan Schlumberger life style, sampe diceburin ke pelabuhan Merak untuk sea survival training dan Helicopter Underwater Escape Training. What a new pleasure adventure for me. Di akhir 2 minggu training, saya diberitahu bahwa next assignment adalah Thailand, di sebuah kota kecil bernama Phitsanulok.

A big journey was waiting in front of me. It was my first time for a lot of things. First time spending time in a nice luxurious five stars hotel. First time flying in an aeroplane. First time going abroad. First passport. First time being in a place where I don’t speak my language and they don’t speak mine. And I had to take care everything by myself!

(b e r s a m b u n g ahh...)