Wednesday, December 26, 2007

The future lost city..???

Kemarin dulu, waktu di Sidoarjo, saya sempatkan mampir ke lumpur panas pond. Biarpun saya sudah beberapa kali mudik semenjak pertama munculnya lumpur panas, tapi nggak pernah dengan sengaja berhenti dan melongok ke dalam tanggul. Soalnya melihat Jl. Raya Porong yang semacet itu berasa malas aja mo minggir. Padahal setiap pulang ke Sidoarjo kami pasti melewati genangan lumpur tersebut, lha wong mbakyu dan mas ipar saya kan tinggal di Pasuruan, jadi pasti lah ada acara lewat Jln Raya Porong kalau mau silaturahmi kesana.

Yang kepingin melihat lumpur panas kemarin itu sebenarnya si Embak. Si embak ini memang sengaja saya ajak ikut mudik dalam rangka mengasisteni saya dalam menjaga anak-anak selama perjalanan. Soalnya bisa dibilang, it was my longest driving ever. Nah, biar dia komplit senengnya, saya turutin aja kemauannya untuk melihat lumpur panas. Itung-itung saya juga sekalian melihat yang belum pernah saya lihat.

Diatas tanggul pond di tepi Jalan Raya Porong itu saya benar-benar terkesima. Jejak tiga kecamatan yang tergenang lumpur tersebut hampir tidak kelihatan lagi. Sejauh mata memandang, di dalam tanggul nyaris hanya terlihat genangan air dan asap yang mengepul dari pusat semburan terbesar. Masih terlihat sisa bubungan atap 3-4 rumah, lengkap dengan genting2nya. Sementara itu banyak apungan 'sisa-sisa peradaban'. Ada cushion sofa, bantal, sandal jepit, bahkan terlihat badan gerobak dari kayu. Abang tidak henti-hentinya berkomentar: "Kasihan ya, Ma, orang-orang yang dulu tinggal disini. Mereka kan jadi tidak punya rumah lagi".

Saya jadi mikir jauh. Teringat pada kisah sebuah kota yang tertimbun abu hasil letusan gunung api Vesuvius di Italia sana: Pompeii. Kota yang akhirnya 'ditemukan' kembali 1600 tahun kemudian. (Bagi yang belum pernah mendengar ttg sejarah ini, bisa sedikit membacanya di sini.)

Trus saya jadi menyambungkan kemungkinan-kemungkinan yang bermunculan dalam kepala saya. Mungkin nggak ya.... Suatu ketika nanti, entah berapa ribu tahun (atau puluhan ribu tahun) dari sekarang, ada penggalian situs purbakala yang menemukan sebuah peradaban yang dinyatakan hilang. Yang ternyata adalah Kecamatan Porong dan sekitarnya. Hi hi hi, trus sempat juga saya kepikir iseng mo ninggalin sendal jepit plastik yang sudah digrafir nama saya. Siapa tahu saat itu sandal tersebut masih ada dan termasuk dalam salah satu temuan bersejarah. He he he, berkhayal.com.

Sayang saya tidak bisa memotret-motret pond tersebut. Tangan saya sibuk memegangi Abang dari kemungkinan terserempet truk-truk yang memuat tanah untuk mempertinggi tanggul. Tapi hebat loh, kejadian yang seharusnya sudah dikategorikan sebagai bencana nasional tersebut, oleh beberapa orang bisa dieksploitasi sebagai sumber penghasilan. Bayangpun deh, parkir mobil di pinggir jalan tarifnya 5000 rupiah. Mau naik ke tanggul (yang sebenarnya tidak diperbolehkan dengan alasan keamanan), kalau sedang sepi pengunjung, satu orang dikenai tarif 3000 rupiah.

Friday, December 14, 2007

Eid Mubarak !

May His love and protection give you peace and happiness and lead you to bliss on Eid and always.. Eid Mubarak !!

Berhubung saya mau pulkam ke Sidoarjo dalam rangka merayakan Idul Adha, posting bakal libur dulu.

Bus Patas Trans-Jogja

Peluncuran bus patas Trans-Jogja yang semula direncanakan bulan Desember diundur menjadi Januari 2008. Sebab, sampai sekarang perjanjian kerja sama operasionalisasi bus antara Pemerintah Provinsi DIY dan PT Jogja Tugu Trans sebagai operator, belum juga disetujui DPRD DIY.

"Kami memutuskan menunda peluncuran bus Trans-Jogja menjadi Januari karena sampai sekarang persetujuan dari dewan (DPRD) untuk legalitas pelaksanaan belum turun," ucap Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DI Yogyakarta Mulyadi Hadikusumo, Rabu (28/11), di Yogyakarta.

Mulyadi mengutarakan, perjanjian kerja sama operasionalisasi bus Trans-Jogja antara Pemprov DIY dan PT Jogja Tugu Trans (PT JTT) merupakan landasan legal formal operasionalisasi bus patas. PT JTT merupakan konsorsium beberapa koperasi angkutan di Yogyakarta. "Kami masih menunggu keputusan dewan, kalau persetujuan kerja sama itu bisa cepat, Januari bisa diluncurkan. Namun, kalau ternyata masih lama, kemungkinan juga akan tertunda lagi," katanya.

Di sisi lain, lanjut Mulyadi, pembangungan shelter atau halte Trans-Jogja terus dikebut. Sebanyak 42 halte yang menjadi tanggung jawab Pemprov DIY mencapai tahap pekerjaan 50 persen. Halte yang dibuat memiliki ukuran bervariasi, mulai 1,5 meter x 6 meter, hingga 2 meter x 8 meter, tergantung lokasi dan kecukupan luas lahan yang hendak dipakai.

"Kalau halte dan pengerjaan prasarana lainnya sebenarnya tidak ada masalah karena prosesnya masih terus berlanjut. Halte yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Yogyakarta juga masih terus dikerjakan," tutur Mulyadi.

Secara terpisah, Wakil Ketua DPRD DIY Gandung Pardiman menuturkan keterlambatan turunnya persetujuan kerja sama dari DPRD DIY bukan karena DPRD DIY bertele-tele dalam pembahasan. Namun, karena memegang prinsip kehati-hatian.

"Kami tidak mau terburu-buru dan tidak ingin terjadi kesalahan yang berpotensi menimbulkan kasus hukum di kemudian hari. Kita belajar dari proyek CDMA (code division multiple access), persetujuan sudah diberikan tetapi pelaksanaan proyek tidak jelas," ungkapnya.

Prosedur yang benar

DPRD DIY, lanjut Gandung, telah membentuk panitia khusus bus patas agar pembahasan draf kerja sama bisa segera diselesaikan. "Pansus masih terus bekerja. Keterlambatan ini bukan karena DPRD. Dulu dalam draf kerja sama yang diajukan oleh eksekutif disebutkan kerja sama itu antara pemprov dengan PT 'X', tidak disebutkan secara jelas PT-nya apa. Nah, itukan membingungkan. Sekarang drafnya sudah diperbaiki dengan disebutkan PT Jogja Tugu Trans," katanya.

Menurut Gandung, proses pembahasan kini telah mencapai tahap finalisasi dan diharapkan bisa selesai Desember. "Bagi kami, bus patas Trans-Jogja itu diluncurkan Januari atau Februari 2008 tidak apa-apa. Yang penting seluruh prosedur dilalui dengan benar," ucapnya.

Proyek bus Trans-Jogja di DIY mengadopsi sistem bus Transjakarta. Bedanya, bus Trans-Jogja memakai bus ukuran sedang dan tidak memakai jalur khusus seperti Transjakarta, tetapi bercampur dengan kendaraan lain karena keterbatasan lebar jalan. Bus Trans- Jogja hanya akan berhenti di halte-halte khusus yang sudah disiapkan, yaitu 76 halte. (Dipetik dari Kompas Online, Kamis 29 Desember 2007)

Tuesday, December 11, 2007

Premium, Pertamax, Premix dkk

Masalah klasik di negeri ini semenjak saya kecil sampe setua sekarang tidak juga banyak berubah, masih tentang BBM dan BBM. Sekarang yang sedang tren dibahas adalah rencana pembatasan subsidi pemerintah (lagi) terhadap BBM jenis Premium. Rencananya, Premium Oktan-88, yang selama ini banyak beredar dan lazim digunakan oleh semua mesin berbahan bakar bensin bakal digantikan oleh Pertamax. Premium masih akan beredar, tetapi dengan nilai oktan yang lebih tinggi, yaitu Premium Oktan-90.

Bagi yang tidak terlalu berkecimpung dalam bidang per-BBM-an, mungkin perlu sedikit diberi keterangan bahwa ketiga 'barang' tersebut diatas dalam bahasa awam Indonesia adalah bensin. Yang membedakan ketiganya adalah kadar oktan yang berbanding lurus dengan efisiensi pembakaran dalam hal fungsinya sebagai bahan bakar. Premium memiliki kadar oktan terendah diantara ketiga varian bensin diatas. kadar oktan premium : dibawah 90 % ( kurang lebih ); kadar oktan pertamax : 92 %; kadar oktan premix : 94 %.

Nah, secara gamblang bisa dilihat bahwa harga Pertamax dan Premix jelas lebih mahal dari harga Premium. Lalu, kalau sama-sama bensin kenapa pula harus membeli yang lebih mahal? Dilihat dari alasan pemakaian saya mengkategorikan orang menjadi beberapa kelompok

  1. Orang yang wealthy. Kadang orang tidak punya alasan lain untuk membeli Pertamax selain bahwa dirinya cukup kaya dan selalu membeli yang termahal, regarless the quality of the good (ini saya ndak bilang kalo Pertamax tidak berkualitas bagus loh ya...)
  2. Orang yang sayang pada mobilnya (atau motornya, atau mesin apapun itu yang berbahan bakar bensin). Dengan menggunakan Pertamax, mesin lebih awet karena pembakaran lebih sempurna dan juga lebih halus karena gejala knocking bisa ditekan (terutama pada mesin dengan kompresi tinggi)
  3. Orang yang cukup peduli lingkungan. Nah, salah satu kelebihan Pertamax adalah bebas timbal alias Plumbum (Pb). Unsur Pb ini bersifat racun dan menurut penelitian bisa menurunkan daya ingat otak. Yang jelas, si Abang anak sulung saya, alergi segala sesuatu yang mengandung logam berat.
  4. Orang yang peduli sosial. Salah satu alasan abang saya memakai Pertamax, kecuali dia sangat sayang pada mobil barunya, adalah bahwa Pertamax mendapat less subsidi dari pemerintah dibandingkan Premium. Dia berpikir, kalau dia membeli Pertamax, paling tidak alokasi subsidi pemerintah bisa sedikit berkurang dan bisa digunakan untuk hal-hal lain untuk kemaslahatan bersama.

Kalau saya? Yah, saya sih mikir yang gampang saja. SPBU yang menyediakan Pertamax relatif tidak banyak, sementara semua SPBU pasti menjual Premium. Kalau saya selalu berada di kota besar, mungkin saya memutuskan akan memakai Pertamax untuk mobil saya. Tapi berhubung saya mobile dari desa ke kota dan balik lagi ke desa, ya sudah, Premium adalah kebijakan yang memudahkan hidup.

Tapi saya setuju sekali dengan kebijakan pemerintah untuk mengganti Premium dengan Pertamax. Banyak yang mengeluh ttg beratnya biaya operasional yang bakal dipikul oleh pemilik mobil dan motor kalau kebijakan itu benar2 dilaksanakan. Bagi saya, itu malah bagus. Dengan melihat semakin semrawutnya jalanan di kebanyakan kota besar di Indonesia sekarang ini yang disebabkan oleh semakin banyaknya kendaraan (yang layak jalan maupun yang kurang layak jalan). Dan juga semakin pekatnya asap2 kendaraan bermotor mempolusi udara. Ada bagusnya juga jumlah kendaraan bermotor sedikit dikurangi. Maksudnya, kalau memang tidak sanggup menanggung biaya operasional kendaraan bermotor, ya sudah, jangan beli mobil atau motor.

Tapi ya itu, harusnya pemerintah juga lebih tanggap dengan permasalahan yang bakal timbul. Setidaknya sarana transportasi umum yang sudah ada sekarang ini diperbaiki dan lebih di'layak' jalankan. Bis-bis kota yang sudah karatan dan bolong-bolong gitu, sebaiknya dipensiunkan. Jalan raya dirapikan dan ditertibkan dari para pedagang kakilima. Trotoar untuk para pejalan kaki dibenahi.

Hmmm... jadi mikir nih. Kalau masih akan tinggal di Indonesia jadi pengen beli sepeda kayuh untuk sekeluarga...

Thursday, November 1, 2007

Rambut Abang dan listrik di rumah

Hari ini listrik di Taman Cemara lagi ndak beres voltage-nya. Turun naik gak karuan. Akhirnya beberapa kali listrik di rumah nge-trip karena gak kuat ngangkat banyak beban. Ujung2nya, kegiatan saya dengan komputer dan internet jadi terganggu. Sehari ini, sudah 3 kali saya sedang asik2nya nulis, tiba-tiba aja bup... listrik mati. Halah banget.... Jadi esmosi jiwa deh....

Jadi, supaya acara uring-uringan tidak berkelanjutan, saya matikan dulu komputer temporarily. Acara berpindah jadi nonton tivi. Seperti biasa penjajahan atas remote control TV ada di tangan para bayi. Untung saja, saya ini penggemar berat filem kartun. Jadi, biar TV dipasang terus di Playhouse Disney Channel, saya tetep enjoy aja nontonnya.

Sore hari, berasa deh bosen melototin TV. Lha gimana enggak, wong filem pagi diputer lagi sore. Mulai nih mata melirik kesana kesini nyari kesibukan. Mo baca buku, males banget. Mo cuci mobil, lebih males lagi. Mana diluar hujan lebat pula.

Hmmm.... tiba-tiba saya teringat niatan saya beberapa hari yang lalu. Mo berimprovisasi dengan hair style si Abang. Saya ingat dulu waktu di Duri, pernah lihat anak mbak Reni rambutnya di garis-garis di atas telinga. Lucu banget ! Sebenarnya beberapa hari yang lalu ketika sedang mencukur rambut si Abang, sudah mau saya 'kerjain' itu rambut. Tapi berhubung ndak punya silet, ya nggak jadi. Nah, sekarang mumpung gak ada kerjaan lain, dan sudah tersedia silet...

Hasilnya?

Ehh....agak tidak seperti yang diharapkan. Berhubung saya juga belum berpengalaman jadi tukang cukur yang

'manual'.

Pleassee... jangan ditertawakan ya. Kasihan si Abang...

Tuesday, October 30, 2007

Welcome rainy season

Sudah 3 hari ini, Jogja mendapat kunjungan hujan setiap hari. Lumayan terlambat sih dibandingkan beberapa daerah lain yang sudah mulai diguyur hujan semenjak sebulan yang lalu. Tapi bagi saya, tibanya musim hujan di Jogja ini pas banget timing-nya. Setelah didera udara panas dan gerah selama beberapa minggu, rasanya guyuran hujan benar-benar sesuatu yang menyejukkan. Sudah begitu, karena ini baru awal musim penghujan, durasi hujanpun pas banget. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.

Dan seperti biasa pula, kedatangan perubahan musim ini selalu berasosiasi dg panen penyakit. Selesma dan flu. Jadi, di rumah saya biasanya pagi-pagi ada parade bersin. He he he, sesuatu yang lucu selama kita bukan peserta parade.

Pemimpin parade biasanya adalah Abang, secara dia ini gak tahan dingin dan alergi segala macam hal. Nah, kalo abangnya sudah mulai bersin-bersin, biasanya Nino suka ikut2an pura-pura bersin. Bukan bersin beneran sih, cuman mengekor bilang hattccuuu...

Tapi musim hujan kali ini, bersin2 Abang ternyata bukan sekedar flu atau selesma. Batuk-batuknya disertai juga dengan sesak nafas dan kenaikan suhu badan. Sudah begitu, matanya kelihatan sayu banget, kayak ngantuk terus gitu.

Saya yang hari itu sudah menyusun jadwal berkegiatan, jadi harus reschedule deh. Awalnya saya mau bawa Nino ke JIH untuk check up. Trus siangnya bawa Abang ke Panti Rapih. Tapi berhubung si Abang sudah kelihatan loyo sekali, ya sudah, saya bawa dia ke JIH yang dekat rumah. Setelah menunggu cukup lama dan disertai keluh kesah Abang, akhirnya kami masuk juga ke ruang periksa dokter. Setelah Dokter melakukan aksi pegang sana pegang sini, nunul sana nunul sini, akhirnya Abang diharuskan untuk nebulizer. Deg-degan juga saya, berhubung ini pengalaman pertama bagi kami.

Masuk ke ruang tindakan, Abang sempet menangis ketakutan karena melihat suster sedang in-action dengan jarum suntik. Padahal jarum suntik itu hanya untuk memasukan obat ke tabung nebulizer. Sesudah bujuk dan rayu segala macam rupa, akhirnya si Abang mau juga dipasangin masker. Ketika proses nebulize sdg on-going, si Abang ini tiba-tiba tidak bereaksi apa-apa. Wuaahhh.... saya sempet yang agak panik, takut kenapa-kenapa. Dalam pikiran saya, anak ini pingsan atau nggak kuat kepanasan uap gitu. Saya mau cari suster tapi terhalang oleh si Abang yang duduk di pangkuan saya. Akhirnya saya cuman pegang punggungnya dan rasakan detak jantungnya. Agak sedikit lega ketika berasa detak jantung yang kuat dan berirama normal. Ketika dokter masuk ke ruang tindakan untuk mengecek proses nebulizer, beliau langsung komentar: "Lho, kok tertidur..?"

Kesimpulan dokter hari itu, ada kemungkinan Daffa mengidap asma. Walaupun gejalanya agak sedikit menyimpang. Saya cerita juga pada dokter, kalau Daffa pernah mengalami kejadian yang sama persis, pada November 2005. Waktu itu awalnya batuk biasa, lalu saya beri obat yang saya beli di apotek. Ternyata bukannya sembuh tapi malah semakin parah dengan disertai sesak nafas dan panas tinggi. Well, asma di keluarga kami bukan berita baru bagi saya. Dari garis keluarga saya, asma kayaknya sudah inherited turun temurun.

Jadi, kami pulang dari JIH dg disertai pesan2 dari dokter. Kalau obatnya nggak bisa terminum (Abang ini susye banget minum obat), segera kembali ke rumah sakit lagi. Kalau sesak nafas menghebat lagi, segera bawa ke UGD. Di rumah harus istirahat, tidak boleh melompat-lompat, berlari-lari ataupun melakukan kegiatan fisik yang melelahkan.

Alhamdulillah, obat terminum. Setelah minum obat, nafas terlihat semakin lega. Tapi dasar anak-anak, susah sekali disuruh duduk diam. Begitu sudah berasa agak sedikit 'segar' mulai deh ritual kejar-kejaran dengan Nino di dalam rumah. Sampai melambai-lambai deh ini bibir mengingatkan. Habis gimana sih, namanya juga anak-anak...

Malam harinya, mulai lagi deh sesak nafas. Sudah niatan nih saya bawa ke UGD. Soalnya khawatir kalo malamnya tambah parah. Tapi saya pikir lagi, itu mungkin karena dia kurang istirahat. Jadi, sekarang dengan pasang tampang syerem, saya suruh Daffa tinggal di kamarnya. Tidak boleh bangun. Makan juga di tempat tidur. Sesudah makan, saya bawa ke belakang untuk minum obat. Saya tunggu 1 jam setelah minum obat, kalau belum membaik juga rencana mau saya bawa ke UGD. Hubby nih lewat telpun sudah mendesak aja untuk dibawa ke UGD. Daripada daripada...

Satu jam kemudian, sesak nafasnya mereda. Karena pengaruh obat, dan mungkin juga karena pengaruh mengurangi kegiatan fisik. Ya sudah, urung saya bawa ke UGD. Akhirnya saya suruh tidur awal.

Pagi ini, sesak nafasnya sudah hilang. Tapi masih tertinggal batuk-batuk.

Monday, October 29, 2007

Buah yang tidak punya idealisme jelas

Aneh?

Mungkin aneh bagi yang belum pernah mendengar istilah tersebut diatas. Tapi bagi yang sudah akrab dengan tabulapot alias tanaman buah dalam pot, itu bukan lagi istilah baru. Jerpaya (aka. Jeruk Pepaya) adalah buah jeruk yang ukurannya oversize bagi kebanyakan jeruk 'normal', walaupun juga tidak sebesar buah Pepaya.

Jeruk ini dalam istilah kuliner lebih dikenal sebagai jeruk sukade. Tanaman jeruk sukade berbentuk perdu. Buahnya serba menyimpang dari pakemnya sebagai jeruk. Ia disebut jeruk sukade karena kulit buahnya yang tebal dimanfatkan sebagai manisan yang pada zaman Belanda dulu terkenal sebagai sukade. Jeruk sukade juga sering dipakai untuk campuran pembuatan kue. Buah jeruk sukade besar, pada ujungnya terdapat nipple yang menonjol seperti pusar yang besar. Karena kulit buahnya tebal, daging buahnya jadi sedikit sekali. Saat masak kulit buahya msih tetap hiaju. Jeruk sukade juga dapat diambil minyak atsirinya.

Trus kenapa saya tiba-tiba menulis ttg Jerpaya alias jeruk sukade ini? Beginilah kisahnya.

Hari minggu kemarin saya pulang ke Temanggung. Temanggung adalah rumah saya semasa kecil hingga menjelang masuk kuliah. Rumah kami di Temanggung tidak bisa dibilang besar, tetapi ibu (alm.) punya sebidang kecil tanah yang memang didedikasikan untuk domestic vegetation. Macem-macem deh yang ditanam almarhum ibu saya dulu. Mulai dari tanaman bunga anggrek (species loh, bukan hybrid. And I'm so proud of this fact), amarilys dkk sampai cemara.

Beberapa bulan (atau tahun ya?) sebelum ibu meninggal, beliau mencoba-coba menanam 2 tanaman baru di lahan kecil kami tersebut. Yang pertama adalah mangga apel. Sounds confusing yak. Tanaman kok idealisnya ndak jelas, mau jadi mangga atau mau jadi apel. Ibu sempat mencicip buah pertama mangga apel ini. Saya juga sempat kebagian, soalnya waktu itu pas cuti kami pulang kampung. Enak banged, euy... Gak kayak apel gak kayak mangga. Buah ndak jelas tapi enak deh.

Trus tanaman yang kedua (yang juga tidak punya idealisme jelas) adalah Jerpaya ini. Nah, semenjak ditanam, pohon ini belum pernah berbuah. Buah pertama baru keluar sekitar 2 bln yll, which means hampir 2 thn semenjak kepergian ibu. Kadang tetangga-tetangga suka pada terharu melihat tanaman yang kini berbuah cukup banyak itu. Inget sama almarhumah yang begitu care dan sayang serta berharap sekali melihat tanaman Jerpaya ini berbuah.

Pulang kemarin, saya sempatkan petik satu buahnya. Iseng2 saya potong dan saya cicip. Rasanya? Bweehhhh.......

Kalau ada yang penasaran perihal 'tampang' jeruk yang tidak punya idealisme ini, saya attach-kan gambarnya. Please enjoy...

Thursday, October 25, 2007

Jajan mi ayam Pak Wie..

Dari postingan saya yang lalu, ada reply yang bikin saya sueneng banged. Ini nih, mo makan mi ayam Pak Wie sama Mas Wiwid dan Eddy. Langsung deh berencana dan semangat 45 mo nyamperin Titi jugak.

Ihuyy... pasti seneng deh ketemu teman2 lama.... Coba Mbak Ade masih di Jogja. Piye, Mbak? Mau ndaftar juga nggak?

Wednesday, October 24, 2007

Males banged...

Saya kok lagi nggak semangat ngapa-ngapain beberapa hari terakhir ini. Things just flow as they are. Mau posting blog, sudah duduk di depan komputer, sudah sampai di halaman Compose Blog Entry,....eh, malah jadi binun. Bingung mau nulis apa gitu....
Nongkrong di Sunsmile sudah nggak asik lagi. Berhubung tahun ajaran baru sudah lama berlalu, anak-anak sudah semakin terbiasa sekolah dan nggak rewel minta ditemani lagi. Jadinya para emak pengangguran lebih milih jalan-jalan di mol daripada nongkrong di Sunsmile. Saya jalan-jalan ke mol? Ogah banget deh. Mendingan disuruh jajan mie ayam Pak Wie daripada ngeluyur masuk mol. Nggak kuat biayanya itu....
Sebenarnya saya ada pending kerjaan sih. Tapi males banget mau bergerak. Mo ngumpulin tanda tangan RT, Dukuh, Lurah dan Camat. Mo ngeberesin KK yang kemaren sempat salah bikin di kecamatan. Karena koreksinya tidak saat itu juga, jadinya proses-nya harus diulang lagi, sama kayak bikin KK baru. Kalo KK sudah selesai, mo bikinkan paspor Abang dan Nino. Soalnya ngurus invitation juga harus pake paspor. Biar pas Abang libur panjang Desember besok, kita bisa berlibur nengokin Papanya.
Hoaahhhmmm.... tapi kok malesnya ini gak ketulungan yak? Apa ini tanda-tanda badan mo menggelembung? Kayaknya iya sih. Soalnya rasa lembam malas bergerak ini diiringi dengan nafsu makan yang 'agak' gila-gilaan gitu. Hhhh... pasrah deh.

Males banged...

Saya kok lagi nggak semangat ngapa-ngapain beberapa hari terakhir ini. Things just flow as they are. Mau posting blog, sudah duduk di depan komputer, sudah sampai di halaman Compose Blog Entry,....eh, malah jadi binun. Bingung mau nulis apa gitu....

Nongkrong di Sunsmile sudah nggak asik lagi. Berhubung tahun ajaran baru sudah lama berlalu, anak-anak sudah semakin terbiasa sekolah dan nggak rewel minta ditemani lagi. Jadinya para emak pengangguran lebih milih jalan-jalan di mol daripada nongkrong di Sunsmile. Saya jalan-jalan ke mol? Ogah banget deh. Mendingan disuruh jajan mie ayam Pak Wie daripada ngeluyur masuk mol. Nggak kuat biayanya itu....

Sebenarnya saya ada pending kerjaan sih. Tapi males banget mau bergerak. Mo ngumpulin tanda tangan RT, Dukuh, Lurah dan Camat. Mo ngeberesin KK yang kemaren sempat salah bikin di kecamatan. Karena koreksinya tidak saat itu juga, jadinya proses-nya harus diulang lagi, sama kayak bikin KK baru. Kalo KK sudah selesai, mo bikinkan paspor Abang dan Nino. Soalnya ngurus invitation juga harus pake paspor. Biar pas Abang libur panjang Desember besok, kita bisa berlibur nengokin Papanya.

Hoaahhhmmm.... tapi kok malesnya ini gak ketulungan yak? Apa ini tanda-tanda badan mo menggelembung? Kayaknya iya sih. Soalnya rasa lembam malas bergerak ini diiringi dengan nafsu makan yang 'agak' gila-gilaan gitu. Hhhh... pasrah deh.

Saturday, October 20, 2007

Kisah telur sekilo

Dari pengalaman telur sekilo pecah oleh Nino, saya sekarang lebih berhati-hati meletakkan segala sesuatu di rumah. Terutama fragile things, saya letakkan jauh-jauh dari jangkauan anak-anak.
Konsekuensi dari kehati-hatian itu, tadi pagi saya pusing tujuh keliling. Rencana mau bikin scambled egg untuk sarapan karena masih belum bisa belanja ke warung nor ke pasar. Pas mau siapin telur, saya lupa dimana telur sekilo yang saya beli tepat sebelum hari raya kemaren. Saya ingat, telur itu masih didalam bungkus plastik. Biasanya sih sepulang dari belanja, si embak langsung sigap memindahkan barang2 belanjaan ke tempat yang memang sudah diperuntukkan. Nah, ini berhubung si embak belum balik dari mudik, dan kebetulan saya ini males banget, ya sudah.... Yang terakhir kali saya ingat, telur itu sempat di'temu'kan oleh Nino. Tapi sempat saya amankan sebelum kejadian berlanjut dg hal2 yang mengerikan. Setelah itu, benar-benar blank...
Akhirnya, terpaksa deh beli soto ayam (yang tdk begitu enak) yang lewat di depan rumah. Sambil mikir-mikir, kira-kira dimana telur-telur itu ngumpet yak....

Friday, October 19, 2007

Kisah telur sekilo

Dari pengalaman telur sekilo pecah oleh Nino, saya sekarang lebih berhati-hati meletakkan segala sesuatu di rumah. Terutama fragile things, saya letakkan jauh-jauh dari jangkauan anak-anak.

Konsekuensi dari kehati-hatian itu, tadi pagi saya pusing tujuh keliling. Rencana mau bikin scambled egg untuk sarapan karena masih belum bisa belanja ke warung nor ke pasar. Pas mau siapin telur, saya lupa dimana telur sekilo yang saya beli tepat sebelum hari raya kemaren. Saya ingat, telur itu masih didalam bungkus plastik. Biasanya sih sepulang dari belanja, si embak langsung sigap memindahkan barang2 belanjaan ke tempat yang memang sudah diperuntukkan. Nah, ini berhubung si embak belum balik dari mudik, dan kebetulan saya ini males banget, ya sudah.... Yang terakhir kali saya ingat, telur itu sempat di'temu'kan oleh Nino. Tapi sempat saya amankan sebelum kejadian berlanjut dg hal2 yang mengerikan. Setelah itu, benar-benar blank...

Akhirnya, terpaksa deh beli soto ayam (yang tdk begitu enak) yang lewat di depan rumah. Sambil mikir-mikir, kira-kira dimana telur-telur itu ngumpet yak....

Tuesday, October 16, 2007

What a short temper person I am

Yesterday was really a tough day for me. I was about to explode on someone because of loosing my temper.

It started on the afternoon when a girl friend (a friend of me and hubby) called to tell that she was touring around Jogja. At the moment she shopped at Malioboro and wondered if she could spend the night in our home. I enthusiastically said yes to her. Even I offered to pick her up at Malioboro.

So, I went to Malioboro along with the boys. Daffa was on the front seat and Nino was on his car seat behind the driver's. Traffic was so annoyed, jam was every here and there. It took almost 1.5 hrs to reach Malioboro (normally it takes less than 20 mnts). On one long queue for traffic light before entering Malioboro, Nino started crying out loud.

He didn't stop crying for next 30 mnts, until I parked my car at southward Mutiara Hotel. After sending short message to notify our friend that we've reached Malioboro and waited for her in parking lot, I brought the boys wandering around some souvenirs shops. I found my HP critically lo batt, shut..!! I should charge it before leaving the house.

On next 1,5 hrs we were in and out souvenirs shops just like fools who didn't know what to do. I kinda let my boys messed around whilst checking some pedestrians who might be her. Still no sign of her appearence. I started loosing my patience. The boys hadn't have dinner yet since we were on a rush to pick her up. And I hadn't have shower either.

I sms-ed her for so-and-so-manieth time, to clarify what exactly she wanted me to do. She replied with one simple answer: 'Why don't you just wait at home, no need to worry about me. I'll ask one of my friend to drop me by at your house. I've already grabbed your address'.

What the heck....! It's not her I worried about, it was my boys. I went home with my boiled head. I cursed on anything I met on my way back home. And again, Nino started to cry. This time was even worse than before. He vormitted twice. Daffa was looking at me with questions in his eyes.

I pulled out my car, took Nino from his car seat and calmed him down. He sobbed so badly. He hug me just like he never let me go. Ouw poor my boy... Then I drove the rest of our journey home whilst taking Nino on my laps.

Am I a short temper person, or it is a make-sense reason to be mad about?

Sunday, October 14, 2007

what a Lebaran I had

I went through rush and busy time these last 5 days. Just imagine, with no maid, fevered children, Lebaran days, not-in-good-condition brother, no hubby by my side, so many guests (to be precised is too many)... It's a bit surprising to know myself hasn't broken apart.

This is a cheerful Lebaran though. Unpredictably some of our relatives came to visit us. Bu Mus and Om Timan, Pak Nung's twin daughter and the mommy, Wawan and Indra, Om Toro n the gank, Om Ndut n May, Budhe Tari and the big family, Mas Heru n Mbak Dinda also the kiddos, Budhe Kus, Mbah Cilik, and some relatives that I don't really know who they are (and I bet they don't know me either).

Considering my age, that number of visitor is quite abundant.

In matter of fact, I and the boys planned to visit some relatives of mine from the old time, today. I was thinking of some names: Madamme Demangan, Sendowo D-68, Mb Nusye. But after big shock I got from sudden visit of a big group of those names I mentioned above, I don't think I still have enough energy to do so. Let's just see....

Thursday, October 11, 2007

Warna warni hidup tanpa pembantu

Ternyata kehidupan di Taman Cemara C-20 berasa lebih colorful kalo ndak ada pembantu. So far, sudah ada 1 cangkir dan sekilo telur pecah karena Nino. He he he, ndak kesel sih, cuman keki aja.

Sudah gitu, Daffa jadi lebih mandiri. Jadi pinter lepas baju dan pakai baju sendiri. Kalau waktunya mandi, sudah ngerti nyiapin handuk dan baju ganti untuk dirinya sendiri. Sesudah mandi dan berhanduk, langsung deh konsentrasi penuh untuk pasang baju sendiri. Kadang-kadang masih dibantuin sih, tapi benar-benar suatu kemajuan yang pesat. Sudah gitu, anak ini emang empati-nya cukup besar. Biasanya kalau mamanya kelihatan kerepotan, biasanya dia menawarkan bantuan. Kebanyakan sih memperlambat daripada mempercepat pekerjaan, tapi empati-nya itu loh yang cukup mengharukan.

Tapi yang namanya anak kecil, tetep aja masih punya jiwa jahil. Kalau pas lagi kumat jahilnya, dia kejar adiknya keliling rumah. Adiknya sampai berteriak-teriak ketakutan. Yang saya heran itu, lha mbok ya Nino-nya itu diem aja. Kan kalo yang dikejar diem, kan nggak ada asiknya ngejar2 gitu. Nanti kan abangnya berhenti jugak. Tapi juga namanya anak kecil...

Nino sudah semakin pinter bicara. Lucu banget nada ngomongnya.. Masih bayi banget gitu loh.... Suka ketawa kita kalo dengar Nino mencoba berkata-kata. Hobinya sekarang suka mungutin barang-barang dilantai sambil berkomentar: "Tatuh...tatuh...(jatuh, red.)"

Tuesday, October 9, 2007

Batal Mudik

Akhirnya saya dan anak-anak tidak jadi pulang ke rumah mertua karena adik saya sakit. Agak kecewa juga, soalnya sudah bayangin bakal ngobrol-ngobrol sama saudara-saudara disana. Sambil mamerin anak-anak yang sudah tambah pinter (he he he... biasaa...). Kue-kue yang sudah di pak di dalam stoples-stoples mungil dan dimasukkan kardus, tinggal nunggu diangkut, terpaksa deh dibongkar lagi. Kemaren sempat ngebut nerusin pasang payet untuk baju baru, sekarang di-slow down-kan lagi.

Tapi pembantu sudah terlanjur mudik ke kampung semenjak hari minggu kemaren. Jadi, sudah 3 hari ini kami hidup swalayan. Ternyata biasa-biasa aja tuh hidup tanpa pembantu. Paling ya internet time jadi berkurang banyak. Ini aja saya posting pas anak-anak tidur siang.

Ternyata semuanya bisa dilakukan, asal kita cukup cerdik mengaturnya. Nino yang biasanya bergiliran tidur dg abangnya, sekarang saya barengkan. Jadi, ketika anak2 tidur saya bisa berkegiatan bebas. Pengen shopping? Bawa aja anak-anak. Selama tidak bertepatan dg jam tidur dan jam makan mereka, fine-fine aja kok ajakin mereka jalan. Malah pulang dari jalan2 biasanya mereka sudah kecapekan trus nurut kalau disuruh tidur.

Bangun pagi sesudah berkegiatan wajib, terus kumpulin baju2 kotor di keranjang cucian. Setelah mensortir baju kotor, langsung pegang sapu dan lap pel. Yup, melantai jadi kegiatan rutin semenjak daku ditinggal pembantu. Yang tidak terpegang cuman masalah setrika pakaian. Sebenarnya mungkin bisa aja dilakukan, cuman saya ajah yang males pegang setrikaan (panas sih....). Nyuci baju sebagian pake mesin, sebagian yang lain tetep aja pekerjaan tangan. Microwave oven yang biasanya jarang saya sentuh krn kuwatir rekening listrik melonjak, terpaksa deh diaktifkan. Paling enggak kalo sahur atau angetin susu anak-anak nggak perlu ditongkrongin di depan kompor.

Planning jangka pendek ini mo beli sayuran (terutama wortel) yang buanyakk untuk ditimbun di kulkas. Lebaran buww....,

Hmmmm.... ini pertama kali saya berlebaran di Jogja stlh bertahun-tahun melewatkan lebaran di tempat2 lain. Terakhir saya berlebaran disini, kalau nggak salah, tahun 1990. Waktu itu eyang saya masih ada, jadi adalah wajib bagi kami untuk berkunjung ketika lebaran.

Huokeh deh, saya mau nerusin kegiatan bebas saya. Mo masak dan angkat jemuran di belakang, mendung sudah tebal nih. Lain waktu kalo anak2 tidur saya tulis menulis lagi.

Wednesday, October 3, 2007

Move out from Multiply?

I'm considering to use another blog provider, i.e blogsome. I've seen some nice, sweet-looking but simple blogs using blogsome. And am thinking to create one of mine.

So far, I'm still struggling on customizing my new one. Please just take a look at keluargamuchtar.blogsome.com once you have time to do so. Perhaps any of you have some constructive suggestions to make it more 'life'.

Me and my In-Law

Tinggal hitungan hari, saya dan anak-anak dijemput abang ipar dan ibu mertua untuk berhari-raya di rumah hubby. Rasanya deg-degan menunggu D-day. Bukan apa-apa sih, cuman saya belum pernah tinggal lama disana tanpa hubby. Dulu sekali, saya pernah menitipkan Daffa dan nanny-nya waktu saya harus pergi ke Beijing dan Scotland selama 5-weeks-in-a-row. Ketika menjemput pulang, saya cuman tinggal disana 2 hari sebelum heading balik ke Duri untuk kembali bekerja. Sekarang? Dua minggu, full....!!!

Ada perasaan deg-degan dan takut. Tipikal mother-in-law saya ini agak otoriter. Jadi, biasanya saya didikte apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Selama ini, kalau pikiran saya masih sehat, tidak terlalu capek dan tidak sedang uring-uringan, saya sih nurut aja. As long as bukan sesuatu yang prinsip, saya jalani saja. Toh saya tahu sekali maksud in-law saya baik. Cuman karena kita berbeda generasi dan kultur saja yang kadang2 suka terselip gap inbetween. Masalah timbul kalau saya lagi 'kumat' keras kepalanya. Kadang kalo disuruh melakukan sesuatu yang saya nggak suka, saya suka nyeletuk yang menyakitkan hati. Huhuhu.... ujung2nya sih saya sendiri yang menyesal karena menyakiti hati in-law. Tapi gimana sih, namanya juga bawaan sejak lahir.....

Nah, seperti kasus sekarang ini. Sebenarnya saya niatan mau berangkat ke Sidoarjo hari Rabu atau Kamis gitu. Soalnya Daffa liburnya cuman 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah lebaran. Tapi sama in-law dibilang kalau hari Kamis itu sudah lebaran di Sidoarjo sana. Halah.... Sama beliau juga sudah di-set tim penjemput untuk hari Minggu, seminggu sebelum lebaran. Yo wis... Tidak ada sanggahan apapun yang bisa diterima untuk memundurkan hari mudik.

Pertama dengar kayak begitu, terus terang aja saya gondok bener. Sebel banget gitu loh, rencana saya tidak didengar. Maksud saya kan biar Daffa sesedikit mungkin mangkir dari sekolah. Sudah gitu, alasan yang saya dengar itu menurut saya irrasional banget deh. Mosok sih hari Kamis sudah lebaran disana. Emang Sidoarjo itu bukan wilayah NKRI gitu?

Tapi sesudah agak 'merenung' sejenak, saya bisa tersenyum lagi dan hilang sebel. Saya mikir, salah satu dasar pemikiran menjemput saya adalah karena in-law saya nggak tega kalau saya harus menyetir sambil taking-care anak2 selama 9 jam perjalanan. Kalau jelas sudah ditolong dan diperhatikan kayak begitu, alangkah tidak berterima kasihnya saya kalau sampe sebel apalagi gondok. Apalagi, in-law saya itu bukan jenis orang yang suka bepergian jauh, jadi menjemput ke Jogja itu adalah sesuatu yang dilakukan demi saya dan anak-anak.

Tanggapan hubby? Hmmm.... saya beruntung sekali mendapatkan suami yang amat sangat family oriented. Dulu sempat saya berpikir saya bakal dinomor-duakan setelah keluarganya. Tapi ternyata tidak ada nomor satu dan nomor dua. Semua penting dan semua terlibat satu sama lain.

Me and my In-Law

Tinggal hitungan hari, saya dan anak-anak dijemput abang ipar dan ibu mertua untuk berhari-raya di rumah hubby. Rasanya deg-degan menunggu D-day. Bukan apa-apa sih, cuman saya belum pernah tinggal lama disana tanpa hubby. Dulu sekali, saya pernah menitipkan Daffa dan nanny-nya waktu saya harus pergi ke Beijing dan Scotland selama 5-weeks-in-a-row. Ketika menjemput pulang, saya cuman tinggal disana 2 hari sebelum heading balik ke Duri untuk kembali bekerja. Sekarang? Dua minggu, full....!!!

Ada perasaan deg-degan dan takut. Tipikal mother-in-law saya ini agak otoriter. Jadi, biasanya saya didikte apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Selama ini, kalau pikiran saya masih sehat, tidak terlalu capek dan tidak sedang uring-uringan, saya sih nurut aja. As long as bukan sesuatu yang prinsip, saya jalani saja. Toh saya tahu sekali maksud in-law saya baik. Cuman karena kita berbeda generasi dan kultur saja yang kadang2 suka terselip gap inbetween. Masalah timbul kalau saya lagi 'kumat' keras kepalanya. Kadang kalo disuruh melakukan sesuatu yang saya nggak suka, saya suka nyeletuk yang menyakitkan hati. Huhuhu.... ujung2nya sih saya sendiri yang menyesal karena menyakiti hati in-law. Tapi gimana sih, namanya juga bawaan sejak lahir.....

Nah, seperti kasus sekarang ini. Sebenarnya saya niatan mau berangkat ke Sidoarjo hari Rabu atau Kamis gitu. Soalnya Daffa liburnya cuman 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah lebaran. Tapi sama in-law dibilang kalau hari Kamis itu sudah lebaran di Sidoarjo sana. Halah.... Sama beliau juga sudah di-set tim penjemput untuk hari Minggu, seminggu sebelum lebaran. Yo wis... Tidak ada sanggahan apapun yang bisa diterima untuk memundurkan hari mudik.

Pertama dengar kayak begitu, terus terang aja saya gondok bener. Sebel banget gitu loh, rencana saya tidak didengar. Maksud saya kan biar Daffa sesedikit mungkin mangkir dari sekolah. Sudah gitu, alasan yang saya dengar itu menurut saya irrasional banget deh. Mosok sih hari Kamis sudah lebaran disana. Emang Sidoarjo itu bukan wilayah NKRI gitu?

Tapi sesudah agak 'merenung' sejenak, saya bisa tersenyum lagi dan hilang sebel. Saya mikir, salah satu dasar pemikiran menjemput saya adalah karena in-law saya nggak tega kalau saya harus menyetir sambil taking-care anak2 selama 9 jam perjalanan. Kalau jelas sudah ditolong dan diperhatikan kayak begitu, alangkah tidak berterima kasihnya saya kalau sampe sebel apalagi gondok. Apalagi, in-law saya itu bukan jenis orang yang suka bepergian jauh, jadi menjemput ke Jogja itu adalah sesuatu yang dilakukan demi saya dan anak-anak.

Tanggapan hubby? Hmmm.... saya beruntung sekali mendapatkan suami yang amat sangat family oriented. Dulu sempat saya berpikir saya bakal dinomor-duakan setelah keluarganya. Tapi ternyata tidak ada nomor satu dan nomor dua. Semua penting dan semua terlibat satu sama lain.

Me and my In-Law

Tinggal hitungan hari, saya dan anak-anak dijemput abang ipar dan ibu mertua untuk berhari-raya di rumah hubby. Rasanya deg-degan menunggu D-day. Bukan apa-apa sih, cuman saya belum pernah tinggal lama disana tanpa hubby. Dulu sekali, saya pernah menitipkan Daffa dan nanny-nya waktu saya harus pergi ke Beijing dan Scotland selama 5-weeks-in-a-row. Ketika menjemput pulang, saya cuman tinggal disana 2 hari sebelum heading balik ke Duri untuk kembali bekerja. Sekarang? Dua minggu, full....!!!

Ada perasaan deg-degan dan takut. Tipikal mother-in-law saya ini agak otoriter. Jadi, biasanya saya didikte apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Selama ini, kalau pikiran saya masih sehat, tidak terlalu capek dan tidak sedang uring-uringan, saya sih nurut aja. As long as bukan sesuatu yang prinsip, saya jalani saja. Toh saya tahu sekali maksud in-law saya baik. Cuman karena kita berbeda generasi dan kultur saja yang kadang2 suka terselip gap inbetween. Masalah timbul kalau saya lagi 'kumat' keras kepalanya. Kadang kalo disuruh melakukan sesuatu yang saya nggak suka, saya suka nyeletuk yang menyakitkan hati. Huhuhu.... ujung2nya sih saya sendiri yang menyesal karena menyakiti hati in-law. Tapi gimana sih, namanya juga bawaan sejak lahir.....

Nah, seperti kasus sekarang ini. Sebenarnya saya niatan mau berangkat ke Sidoarjo hari Rabu atau Kamis gitu. Soalnya Daffa liburnya cuman 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah lebaran. Tapi sama in-law dibilang kalau hari Kamis itu sudah lebaran di Sidoarjo sana. Halah.... Sama beliau juga sudah di-set tim penjemput untuk hari Minggu, seminggu sebelum lebaran. Yo wis... Tidak ada sanggahan apapun yang bisa diterima untuk memundurkan hari mudik.

Pertama dengar kayak begitu, terus terang aja saya gondok bener. Sebel banget gitu loh, rencana saya tidak didengar. Maksud saya kan biar Daffa sesedikit mungkin mangkir dari sekolah. Sudah gitu, alasan yang saya dengar itu menurut saya irrasional banget deh. Mosok sih hari Kamis sudah lebaran disana. Emang Sidoarjo itu bukan wilayah NKRI gitu?

Tapi sesudah agak 'merenung' sejenak, saya bisa tersenyum lagi dan hilang sebel. Saya mikir, salah satu dasar pemikiran menjemput saya adalah karena in-law saya nggak tega kalau saya harus menyetir sambil taking-care anak2 selama 9 jam perjalanan. Kalau jelas sudah ditolong dan diperhatikan kayak begitu, alangkah tidak berterima kasihnya saya kalau sampe sebel apalagi gondok. Apalagi, in-law saya itu bukan jenis orang yang suka bepergian jauh, jadi menjemput ke Jogja itu adalah sesuatu yang dilakukan demi saya dan anak-anak.

Tanggapan hubby? Hmmm.... saya beruntung sekali mendapatkan suami yang amat sangat family oriented. Dulu sempat saya berpikir saya bakal dinomor-duakan setelah keluarganya. Tapi ternyata tidak ada nomor satu dan nomor dua. Semua penting dan semua terlibat satu sama lain.

Monday, October 1, 2007

I'm not a supermom, though I wish I could be one...

Mulai Term 2 ini, Daffa mendapat mata pelajaran baru di sekolah: Bahasa Mandarin. Bu gurunya didatangkan dari luar sekolah. Hari pertama kemarin, saya dilaporin sama Miss Detty, kalau Daffa adalah satu dari dua anak di kelasnya yang berhasil mengucapkan one full sentence: My name is Daffa... He he he, anakku !

Ketika saya jemput pulang sekolah, saya ceritakan pada Daffa perihal conversation saya dg Miss Dety. Trus untuk sekedar membuktikan kebenarannya, saya tes Daffa.

'Could you tell me how to say: My name is Daffa in Mandarin?'

'Hmmmm, I don't know, Mama. Forget...'

Karena saya penasaran, saya desak terus si Abang. Ehh... ujung2nya malah nangis.. Halah, ini dia, saya jadi ketawa sendiri. Kayaknya saya ini sudah berubah jadi emak2 yang suka being too proud of her children. Yang kadang sampai bikin anak2nya merasa tidak nyaman.

Ketika Daffa masih kecil dulu, saya masih ingat pernah berbincang2 dg papanya ttg masalah ini. Percakapan itu terinspirasi setelah melihat ada salah seorang kerabat kami yang suka sekali membicarakan ttg anaknya pada orang lain. Bahkan di depan anak tersebut. Yang kami lihat, kadang anak itu marah dan merasa tidak nyaman dan menyuruh mamanya untuk berhenti bicara.

Well, mungkin mamanya masih melihat si anak bukan sebagai 'seseorang' yang sudah punya ego dan pemikiran sendiri. Mungkin mamanya masih melihat dia sebagai 'bayi yang baru kemarin aku lahirkan'. Wajar sekali pikiran itu tidak hilang dari seorang ibu. Wong memang kalau melihat anak2 tumbuh besar sekarang ini, saya masih suka sering takjub: "Daffa ini kan dulu waktu lahir begini...begitu.... Kok sekarang sudah sebesar ini ya?" Serasa nggak percaya gitu, time runs so fast. Kalau sudah begitu, saya benar-benar mensyukuri keputusan saya untuk berhenti bekerja.

Sering kadang saya berpikir, bahwa saya 'kehilangan' masa kecil Daffa. Waktu itu saya masih bekerja dengan jadwal kerja yang cukup ajaib (jadi kuli enjiner, ). Daffa benar-benar yang diasuh hanya oleh pembantu di rumah. Bahkan, kadang-kadang kalau saya harus bepergian ke luar negeri dan hubby (dgn jadwal kerja yang lebih ajaib lagi) juga kebetulan tidak libur, Daffa saya kirim pulang untuk dititipkan pada nenek dan eyangnya. Saking tidak dekatnya saya dengan anak saya pada waktu itu, kalau anak itu sakit, dia lebih memilih untuk digendong pembantu dari pada saya gendong. Sediiihhhh banget....

Ketika saya punya bayi lagi. kami memutuskan saya harus berhenti bekerja. Semenjak itulah saya benar-benar baru menyadari, bahwa ternyata punya bayi itu menyenangkan sekali. Spending time with children, especially our own, gives me wonderful feeling. Baru ketika itulah saya menyadari bahwa saya 'kehilangan' masa kecil Daffa dulu.

Hmmm.... memang, kalau saya tidak pernah berhenti bekerja, saya juga tidak akan menyadari bahwa saya kehilangan. Wong saya juga tidak pernah merasa memiliki kok. Kadang saya berpikir, rugi sekali saya merasakan kesenangan punya anak kecil cuman sekali, padahal anak saya dua. Tapi di lain waktu saya berpikir pula, untung saya memutuskan untuk quit dari pekerjaan, jadi paling enggak saya tidak kehilangan momen berharga yang sudah saya lewatkan sekali.

Well, banyak ibu-ibu bekerja lain yang juga tetap dekat dengan anaknya. Perhaps they are stronger than me. Yang jelas pada waktu itu, saya bukan ibu yang baik karena tdk bisa melapaskan diri dari pekerjaan ketika saya dirumah, dan sekaligus juga bukan pekerja yang baik karena jelas saya tidak bisa berhenti memikirkan anak-anak saya...

Daffa back to school

Hari kemaren, Daffa sudah mulai masuk sekolah lagi. Sekarang sudah masuk Term 2. Seneng banget kayaknya dia masuk sekolah lagi, setelah seminggu tergeletak tak berdaya di rumah. Liburan seminggu kemaren memang dihabiskan hanya untuk mengunjungi rumah sakit, karena dia and his baby brother demam. It was really a thriller week for me. Saya emang kalo anak-anak sakit, selalu yang tidak bisa tidur, tidak bisa beranjak dari sisi mereka, dan ujung2nya pasti terserang sakit perut. Kalo menurut dokter sih, itu tanda-tanda kelebihan asam lambung akibat stress. Habis, gimana mau enggak stress? Dua-dua anak saya demam sampai hampir 40 degC. Sudah gitu, si Nino ini punya riwayat kejang demam (tapi untung, yang demam kali ini ndak pake kejang). Tiap malam, selalu nyimpen termometer, senter, kompres plester di bawah bantal. Mengapa di bawah bantal? Soalnya biar mudah diambil walopun mata masih sayup2 melek he he he. Nino yang biasanya ceria tralala, nggak bisa diem dan anteng, tiba-tiba aja yang kayak handuk basah dijatuhin ke lantai. Bener-bener yang diemmmm aja, ndak mau ngomong, ndak mau makan.... Untung semua sudah terlewati dengan baik.

Trus saya jadi ingat pernah mikir begini: "Hebat juga si Abang ini ya, teman2nya bergiliran nggak masuk sekolah karena sakit (batuk, pilek, demam, and so on...) eh, si Abang ini tetap tegar tidak tergoda dan tertular. Ngerti dia kalo emaknya harus bayar mahal untuk sekolah disini, mangkanya he doesn't want to waste any days of his school day....."

Eh, lha kok ya dia milih hari sakitnya pas libur sekolah Term Break. Bukannya saya hepi dengan pilihannya itu. Tapi kalo boleh milih, ndak usah deh pake acara sakit begitu. Bikin kuwatir aja....

Sunday, September 30, 2007

Kenapa ayam menyeberang jalan?

Sudah tanggal 30 Sept. Besok sudah bulan baru, bisa posting lagi. Ini ada joke lucu dari eks teman2 kerja saya dulu (Terima kasih ya teman2ku, para engineer yang masih berada di jaman ke'kelam'an... he he he, no offend yak..!!)

Sebenarnya mungkin sesuatu yang sudah tidak terlalu lucu banget. Judulnya adalah Kenapa Ayam Menyeberang Jalan?

Begini jawabannya :

*Guru TK : supaya sampai ke ujung jalan

*PLATO : untuk mencari kebaikan yang lebih baik

*POPE : hanya Tuhan yang tahu

*POLISI : beri saya lima menit dengan ayam itu, saya akan tahu kenapa

*ARISTOTELES : karena merupakan sifat alami dari ayam

*KAPTEN JAMES T.KIRK : karena dia ingin pergi ke tempat yang belum pernah ia datangi

*MARTIN LUTHER KING, JR : saya memimpikan suatu dunia yang membebaskan semua ayam menyebrang jalan tanpa mempertanyakan kenapa

*MACHIAVELLI : poin pentingnya adalah ayam menyebrang jalan! Siapa yang peduli kenapa! Akhir dari penyebrangan akan menentukan motivasi ayam itu

*FREUD : fakta bahwa kalian semua begitu peduli pada alasan ayam itu menunjukkan ketidaknyaman seksual kalian yang tersembunyi

*GEORGE W.BUSH : kami tidak peduli kenapa ayam itu mnyeberang! kami cuma ingin tau apakah ayam itu ada di pihak kami atau tidak, apa dia bersama kami atau melawan kami.tidak ada pihak tengah di sini!

*DARWIN : ayam telah melalui periode waktu yang luar biasa, telah melalui seleksi alam dengan cara tertentu dan secara alami tereliminasi dengan menyeberang jalan.

*EINSTEIN : Apakah ayam itu meyebrang jalan atau jalan yang bergerak dibawah ayam itu, itu semua tergantung pada sudut pandang kita sendiri

*NELSON MANDELA : Tidak akan pernah lagi ayam ditanyai kenapa menyebrang jalan! dia adalah panutan yang akan saya bela sampai mati

* THABO MBEKI : kita harus mencari tau apakah memang benar ada kolerasi antara ayam dan jalan

*MUGABE : Setelah sekian lama jalan dikuasai petani kulit putih, ayam miskin yang tertindas telah menanti terlalu lama agar jalan itu diberikan kepadanya dan sekarang dia menyebranginya dengan dorongan ayam2 veteran perang. Kami bertekad mengambil alih jalan tersebut dan memberikannya pada ayam, sehingga dia bisa menyebranginya tanpa ketakutan yang diberikan oleh pemerintahan inggris yang berjanji akan mereformasi jalan itu. Kami tidak akan berhenti sampai ayam yang tidak punya jalan itu punya jalan untuk diseberangi dan punya kemerdekaan untuk menyeberanginya!

*ISAAC NEWTON : Semua ayam di bumi ini kan menyebrang jalan secara tegak lurus dalam garis lurus yang tidak terbatas dalam kecepatan yang seragam, terkecuali jika ayam berhenti karena ada reaksi yang tidak seimbang dari arah berlawanan.

Bagi saya yang setiap hari hanya berkomunikasi dengan anak-anak dan ibu2 rumah tangga 'normal', joke ini ha ha ha banged deh....

Friday, September 28, 2007

Hiatus

Whaaaa.... barusan saya check Speedy Alert dari Telkom. Ternyata tagihan saya untuk bulan ini sudah overquota.

Terpaksa deh saya stop dulu blogging-nya sampai masuk bulan Oktober nanti. Hu hu hu, sedih deh.... Habis mau bagaimana lagi? I just feel not doing thing wisely, and it makes me a bit guilty.

Thursday, September 27, 2007

Mama, kapan mama hamil lagi?

Begitulah Daffa sering mengatakannya pada saya. Dia bilang, kepengin punya adik perempuan 2 orang. Satu mau dikasih nama Putri Yue, dan yang satu lagi mau dikasih nama Katara ... He he he.... dasar keluarga pecinta Avatar, The Legend of Aang !

Trus, suatu ketika saya coba menanyakan padanya: "Trus Nino gimana dong kalau kita punya bayi lagi?"

"Nino dikasih sama orang aja..."

Waaakkkss...!!@@#$!! Sungguh..., itu bukan saya yang ajarin.....

Trus, tadi pagi waktu kami belanja di Amplaz, kebetulan di sebelah kami ada ibu hamil. Kebetulan ibu itu memang seger dan sexy (sexy a la bumil, of course...). Eh, si Daffa yang enggak berenti2nya ngeliatin ibu itu. Dalam hati kepengen kali ya ngelihat emaknya kayak si bumil nan cantik itu...

Yahh, nanti lah, Nak. Tunggu ayahmu pulang dari merantau demi segenggam intan untuk kita semua

Tuesday, September 25, 2007

My son's girlfriend

Sebenarnya saya sudah mau menulis ttg ini long time a go. Tapi selalu saja terlupa karena harus melakukan hal-hal yang lain. Atau karena ada topik yang lebih menghebohkan.

Ini tentang Daffa yang berkawan dengan anak perempuan salah seorang tetangga kami di Taman Cemara ini. The girl's name is Ara, anak kelas 1 SD.

Nah, yang namanya Ara ini, suka banget main ke rumah kami. Kalau sore-sore waktu jalan anak2, tiba2 saja dia nongol ke dalam rumah. Tanpa beruluk salam, tanpa ba-bi-bu. Langsung aja nyelonong ke dalam rumah. Sudah gitu, dia ini suka usil banget mengacak2 mainan Daffa dan Nino yang (kadang) sudah dibereskan sama si Embak. Sering juga dia nekat mengajak anak-anak main kejar2an dan petak umpet di dalam rumah. Huaahhh... bisa dibayangkan untuk manusia kecil seukuran dia yang berbobot 45 kg bersliweran di dalam rumah kami yang tidak bisa dibilang luas. Gedebak-gedebuknya itu loh....

Yang bikin saya keki lagi, akhir-akhir ini Daffa suka ngajakin si Ara nge-game di komputer kami. Haduuuhhhh.... itu komputer kalo rusak terus gimana coba. Kalo yang ini, biasanya langsung dua anak itu saya suruh pindah dari depan komputer dan main sepedaan di luar.

Pokoknya, briefly, saya sebel banget sama anak ini. Kalo dia nongol, saya yang langsung sudah pasang tampang serem, dengan harapan dia ndak betah main di rumah kami.

Tapina, si Daffa ini loh. Dia ini yang kelihatan hepiiii banget kalo si Ara datang ke rumah. Bahkan kadang-kadang suka disamperin supaya main ke rumah kami. Entah untuk sekedar mo nunjukin pistol2an baru atau Nino yang sudah tambah kosa kata. Bahkan pernah suatu ketika, nih. Daffa berlari-lari pulang dari jalan-jalan sorenya, hanya untuk sekedar menyampaikan kepada emaknya: "Ma... Abang ini pacar Kak Ara loh, Ma. Abang suka sekali sama Kak Ara..."

Hu hu hu.... bisa terbayang nggak sih perasaan saya? Dilema nih....

Trus saya yang suka mikir panjang kemana-mana gitu. Membayangkan years from now, ketika tiba saatnya anak2 saya pulang membawa para calon istrinya. Bagaimana kalau ternyata saya tidak suka pada pilihan mereka? Bagaimana kalau ternyata kami tidak cocok each other? Bagaimana kalau ternyata para calon istri pilihan mereka itu juga tidak menyukai saya? Bagaimana kalau...? Bagaimana kalau....?

He he he..... wajar nggak sih kalau pikiran saya sudah melanglang buana ke sana? Soalnya saya yang bener-bener attached banget sama the boys. Mereka itu benar-benar belahan jiwa saya....

Is it me getting more stupid or the world spins too fast?

I just realized something, lately I had no time for reading books. Well, not really 'having no time' but I'm not really into reading anymore. I don't know, I guess internet has fascinated me so much. Or is it because now I'm a full time mother?

The clear thing is, I feel stupid and more stupid and more stupid day after day...

Welcome to unemployee world...!!!

Monday, September 24, 2007

Be commited to a relationship

Kemaren saya chatting sama teman saya, Titi. Sambil menunggu berbuka, kita bergosip ttg salah seorang teman kami waktu jaman masih kuliah dulu. Sebenernya nggak really bergosip sih, wong puasa kok nggosip. Kalo istilah kami tuh, mengambil hikmah dari permasalahan orang .

Jadi ceritanya, ada salah seorang teman kami named Riyana, teman seangkatan di Geofisika UGM dulu. Riyana ini sekarang tinggal di Papua bersama suaminya, sambil bekerja sebagai guru (entah guru entah dosen, pokoknya something related with educating people lah...). Nah, konon kabarnya, rumah tangga Riyana ini sedang diterpa badai karena keberadaan WIL alias Wanita Idaman Lain. Ujung2nya sampai Riyana harus berganti nomer HP karena merasa diteror si WIL ini. Halah....

Nah, menurut Titi, suami Riyana ini yang sebenarnya perlu dipermasalahkan. Kan semenjak beliau memutuskan untuk menikah dg Riyana, seharusnya beliau mengerti arti berkomitmen. Hmm... saya sih manggut-manggut aja. Soalnya, kalo menurut saya sih seharusnya tidak sesimple itu. Bukan sekedar finger pointing, ini salah si anu atau si inu... Kayaknya sih itu kumpulan dari berbagai macam permasalahan, meletupnya menjadi sebuah perselingkuhan...

Nah, yang menarik, Titi sempat melontarkan pertanyaan kepada saya. Adakah ketakutan pada diri saya bahwa suatu ketika hal tersebut akan menimpa keluarga kami.

Hmmm.... mungkin lebih tepatnya bukan ketakutan yang saya rasakan. Lebih kepada kesadaran bahwa kemungkinan itu ada. Toh suami saya juga manusia. Tapi saya percaya bahwa suami saya adalah orang yang trustworthy. He won't do anything behind me. Well, semoga saja pernyataan saya ini bukan suatu ketakaburan. We just believe in simple thing as the key of our relationship: communication. Any failures to build the good one will lead to many possibilities.

Mungkin kami bukan jenis yang selalu mengucapkan I love you pada pasangan kami every single day in our whole relation-life. Wong kadang2 suami saya juga lupa hari ulang tahun saya. Wedding anniversary-pun kadang suka dadakan teringat: 'Eh, iya ya... bulan ini ulang tahun pernikahan kita...' Masa-masa awal hidup bersama dulu, lumayan bermasalah juga buat saya. Serasa nggak diperhatikan, gitu loh. Tapi sekarang kok ya nggak apa-apa, walopun kadang suka terpikir: 'Seneng juga nih kalo tiba2 dapat surprised gift dari suami...' Tapi ya sudah, memang typical suami saya kayak begitu. Toh saya tahu sekali, dengan tidak mengingat kapan hari ulang tahun saya, bukan berarti dia tidak mencintai saya. We do know we love each other. We respect each other.

Kalau suatu ketika suami saya memutuskan ada wanita lain dalam hidupnya, bagi saya, itu berarti he is not the same person I'm fallen into. Mungkin itu saatnya kami harus mereview kebersamaan kami. I wish that day will never come, since I do hope I'll spend the rest of my life with him.

Saturday, September 22, 2007

Mama, mamm enyak...

My baby boy made an understandable statement when we had dinner today. Ketika itu kami lagi makan sate ayam dari tukang sate yang lewat di depan kompleks. Sambil mengunyah sate ayam plus lontong yang berbumbu kacang, dia melihat ke saya sambil menunjuk ke mulutnya: "Mama, mamm enyak..."

Ohalah, Nak... Kalau sate ayam bisa membuatmu lancar berbicara dan berkomunikasi, biarlah hari-hari besok emakmu belikan lagi sebanyak kamu mau....

Friday, September 21, 2007

Sendowo D-68 (part 2)

(part 2)

Sebenarnya saya cuman mau cerita sedikit menambahkan yang kemaren. Tentang keheranan saya. Betapa mereka, para anggota keluarga D-68, tidak berubah (kecuali bertambah tua tentunya...). Cara mereka memandang suatu permasalahan, cara mereka merespons masalah mereka, cara mereka berbicara dan bercerita....

Hhhh.... walaupun saya tidak ingat pasti alasan saya pindah dari D-68, tapi saya yakin bahwa itu adalah keputusan yang terbaik yang tidak pernah saya sesali.

O iya, disana saya ketemu Bu Nanik, Mas Avi beserta istri dan

Sendowo D-68 (part 2)

(part 2)

Sebenarnya saya cuman mau cerita sedikit menambahkan yang kemaren. Tentang keheranan saya. Betapa mereka, para anggota keluarga D-68, tidak berubah (kecuali bertambah tua tentunya...). Cara mereka memandang suatu permasalahan, cara mereka merespons masalah mereka, cara mereka berbicara dan bercerita....

Hhhh.... walaupun saya tidak ingat pasti alasan saya pindah dari D-68, tapi saya yakin bahwa itu adalah keputusan yang terbaik yang tidak pernah saya sesali.

O iya, disana saya ketemu Bu Nanik, Mas Avi beserta istri dan anaknya

Sendowo D-68 (part 2)

(part 2)

Sebenarnya saya cuman mau cerita sedikit menambahkan yang kemaren. Tentang keheranan saya. Betapa mereka, para anggota keluarga D-68, tidak berubah (kecuali bertambah tua tentunya...). Cara mereka memandang suatu permasalahan, cara mereka merespons masalah mereka, cara mereka berbicara dan bercerita....

Hhhh.... walaupun saya tidak ingat pasti alasan saya pindah dari D-68, tapi saya yakin bahwa itu adalah keputusan yang terbaik yang tidak pernah saya sesali.

O iya, disana saya ketemu Bu Nanik, Mas Avi beserta istri

Sendowo D-68 (part 2)

(part 2)

Sebenarnya saya cuman mau cerita sedikit menambahkan yang kemaren. Tentang keheranan saya. Betapa mereka, para anggota keluarga D-68, tidak berubah (kecuali bertambah tua tentunya...). Cara mereka memandang suatu permasalahan, cara mereka merespons masalah mereka, cara mereka berbicara dan bercerita....

Hhhh.... walaupun saya tidak ingat pasti alasan saya pindah dari D-68, tapi saya yakin bahwa itu adalah keputusan yang terbaik yang tidak pernah saya sesali.

O iya, disana saya ketemu Bu Nanik, Mas Avi dan

Sendowo D-68 (part 2)

(part 2)

Sebenarnya saya cuman mau cerita sedikit menambahkan yang kemaren. Tentang keheranan saya. Betapa mereka, para anggota keluarga D-68, tidak berubah (kecuali bertambah tua tentunya...). Cara mereka memandang suatu permasalahan, cara mereka merespons masalah mereka, cara mereka berbicara dan bercerita....

Hhhh.... walaupun saya tidak ingat pasti alasan saya pindah dari D-68, tapi saya yakin bahwa itu adalah keputusan yang terbaik yang tidak pernah saya sesali.

O iya, disana saya ketemu Bu

Sendowo D-68 (part 2)

(part 2)

Sebenarnya saya cuman mau cerita sedikit menambahkan yang kemaren. Tentang keheranan saya. Betapa mereka, para anggota keluarga D-68, tidak berubah (kecuali bertambah tua tentunya...). Cara mereka memandang suatu permasalahan, cara mereka merespons masalah mereka, cara mereka berbicara dan bercerita....

Hhhh.... walaupun saya tidak ingat pasti alasan saya pindah dari D-68, tapi saya yakin bahwa itu adalah keputusan yang terbaik yang tidak pernah saya sesali.

O iya, saya

Wednesday, September 19, 2007

Nino belajar bicara

Sudah lewat subuh. Sudah ngantuk lagi, tapi berasa males mau tidur lagi. Tadi makan sahur kebanyakan minum, jadi berasa pengen pipis terus.

Hari kemarin saya spending time sama Mama-nya si Aryo. Yup, Madamme de Demangan. Main2 aja, trus muter2 jemput Daffa sekolah, jalan2 ke Sanggrahan, ke Taman Palem, mampir ke Taman Cemara (aka. rumah, hehehe), trus sebelum mengantar pulang beliau, kita jalan2 ke Saphire Square. Trus ngobrol2 di rumah beliau, ngobrolin banyak hal. Sampai dirumah berasa capeee... banget.

Saya akhir2 ini kalo lagi sendirian suka tersenyum2 simpul. Hush, ini bukan tanda2 gangguan mental dan spiritual. Saya cuman sering keingat kelakuan anak saya yang kecil, si Nino. Aduh, anak itu lucuuuuu banget. Bener-bener yang menghibur hati sekali kalau nungguin dia. Biar lagi setress apapun, asal ngelihat wajah dan tingkah laku Nino, pasti deh langsung ketawa.

Nino lagi belajar ngomong. Well, memang agak terlambat sih kalau dibandingkan Daffa dulu. Tapi saya tidak terlalu merisaukannya. Kan setiap anak memang unique dan tidak bisa diperbandingkan.

Nah, walopun masih tidak membentuk suatu kata yang jelas (huahhh... jauuuhhh dehh), tapi Nino ini sudah merasa bisa berkomunikasi sama orang2 disekitarnya. Jadi, dia yang style yakin kalo ngomongnya sudah lurus bakal marah kalo orang yang diajakin ngomong nggak ngerti maksudnya. He...he...he... yang suka iseng tuh si Daffa. Kalo diajakin ngomong sama si Adek, bukannya mensupport adiknya buat benerin pelafalannya, tapi malah ngetawain sambil terus mengulang2 pengucapan adiknya yang masih belum lurus. Tapi emang lucu banget sih.

Ini nih summary vocabulary dia, yang so far berhasil kami 'sepakati' sebagai kamus baru keluarga Muchtar

'Nggaakk' = Nah ini adalah kata pertamanya dia. Pokoknya manteph banget deh kalo dia sudah teriak untuk menolak sesuatu yang disodorkan padanya. Paling sering diteriakkan kalo disuruh mandi. He he he... nurun emaknya banget ya, segan mandi...

'Jajah' = gajah,

'Koo..' (agak panjang bunyi oo nya)= Yakult,

'Yang' = nah, kalo ini tergantung konteks kalimatnya. Mostly artinya adalah hilang. Tapi kalo kita sdg ada tamu yang berstatus eyang, maka artinya adalah Eyang.

'Yaya, Poo, Itsi, Ting...' = mudah ditebak, ini adalah pengurutan karakter teletubbies menurut versinya Nino.

'Katkat' = susu coklat.

'Ntin' = Tante Ristin, ini adalah pacar adik saya yang kebetulan lagi berkunjung ke Jogja dan tinggal di rumah kami.

'Mmm' = Om Oki

'Bang' = Abang

'Mama, papa' = ini sih sudah dilafalkan dg jelas semenjak lama. Kalau dulu suka nyebutinnya 'Papa Cang' 'mama Cang' dan entah kami nggak tau apa maksudnya. Pokoknya kalo manggil papa or mama pasti pake embel2 cang gitu.

'Tang' = ikan. Hi hi... ada cerita lucu nih. Kemaren waktu main ke Demangan, kita kan duduk2 di teras pinggir kolam renang. Trus Nino ini nengok2 kedalam kolam sambil nyari2 ikan lewat. Sudah dikasih tahu kalau disitu tidak ada ikannya, dia tetep nggak percaya. Malah ditambah sambil ngintip2in drainage di pinggir kolam. Sudah gitu, sambil ngumpet2 dia lempar2 kue ke dalam kolam dg maksud mo ngasih makan ikan...:)) Dasar anak-anak..

'Mamam' = kalo yang ini, sering diucapkan kalo dia sedang jalan2 sore, trus liat anak tetangga makan. Biasanya terus dia menggumamkan 'mamam' sambil berjalan pulang. Maksudnya ya minta makan gitu loh...

Kosa kata yang lain sedang on progress di proses sama CPU dia. Jadi, sekarang ini kalau ngomong ke Nino harus yang jelas dan lambat. Tapi mungkin karena memang sedang masanya 'peka bicara', jadinya tiap kali kita melafalkan sesuatu dg jelas, dia pasti langsung mencoba menirukan.

Hehehe, bagus deh. nanti kalo sudah bisa berbicara dan berkomunikasi, kita rencana mau masukkan dia sekolah di Sunsmile. Sebenarnya dari kemarin2 sudah kepengin sih nyekolahin Nino. Tapi kuwatirnya nanti kalo dia bingung bahasa sebelum bisa ngomong, trus anaknya jadi depresi karena susah mengekspresikan kemauannya. Jadinya, yo wis, tunggu dulu dia bisa berbicara dalam bahasa Indonesia. Setidaknya, kami mengerti kemauan dia dalam hal-hal kecil sehari-hari.

Monday, September 17, 2007

Kemarin

Hari kemarin benar-benar hari yang penuh kejutan buat saya. Dimulai sore hari ketika ada telpun dari nomer Handphone yang tidak saya kenal. Ternyata Cak Nur sekeluarga dalam perjalanan ke Bandung, mau mampir ke Jogja. Cak Nur dan Marmelia (istri Cak Nur) adalah teman kami ketika masih di Duri dulu. Terakhir bertemu sebelum mereka sekeluarga pindah ke Egypt. Seneng banget deh ketemu teman lama. Sambil ngobrol, tidak berasa waktu berlalu dan mereka harus melanjutkan perjalanan ke Bandung.

Kemudian ada juga telpun dari my lost friend, Dyahsari. Dia ini teman dekat saya sedari SMP di Temanggung dulu. Berlanjut di SMA yang sama, kami tidak begitu dekat lagi karena kami punya teman2 dekat yang berbeda. Lulus SMA saya kuliah di Jogja dan Dyahsari kuliah di Jember (waakkss, jauhnya....).

Masa-masa kuliah, saya sempat ikut membantu2 gak jelas proses pembuatan skripsi Dyahsari. Then I lost track setelah dia menikah. Well, I got really mad at that time since she didn't invite me. It really hurted me to be ignored by one of your close friend (I considered her as one of my close friend). Tapi, ya sudahlah.... Mungkin memang harus begitu kejadiannya.

Anyway, we started keeping in touch (again) when I moved to Duri. Terakhir saya ketemu dia di Temanggung sepulang saya dari Scotland. She is prettier than I remember. Tapi dia memang cantik kok. She is beautiful in and out. She is typical of person who makes people sit and talk comportably with.

Dan setelah beberapa tahun tidak terdengar kabarnya, surprisingly she called. Seneng banged...banged...banged....

Trus kejadian yang lain lagi kemarin sore, Bu Gatot dan seorang ibu2 Taman Cemara datang bertamu. Gak kenapa-kenapa sih.... Cuman seneng aja. Lha wong selama ini ndak pernah2nya ditamuin tetangga. Apalagi ini Bu Gatot, yang termasuk salah satu 'pembesar' komples perumahan ini .

Begitulah sodara-sodara, surprisingly yesterday yang begitu menghebohkan saya.....

Monday, September 10, 2007

Marhaban Ya Ramadhan

Dua hari lagi Ramadhan. Seneng banget rasanya..... Tak berasa (alhamdulillah) kita ketemu Ramadhan lagi.

Untuk segenap kaum muslimin dan muslimat di seluruh penjuru dunia, Mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita dibersihkan dari segala kesalahan dalam memasuki bulan suci yang penuh berkah.

Thursday, September 6, 2007

Pengen mulai masak memasak lagi

Saya sudah lama absen dari hobi saya masak memasak. Rasa-rasanya semenjak kami pindah ke Jogja ini deh.
Otang (oven tangkring, red.) saya sudah raib entah dimana. Mungkin ada di gudang, tertimbun segala macam barang yang tidak muat masuk rumah. Loyang2 juga sudah entah kemana-mana. Pengen sih beli oven listrik yang agak canggih gitu. Yang pake timer dan thermostat. Tapi mengingat belum tinggal di rumah sendiri jadi menahan diri dulu deh. Saya sebenernya pengen oven yang integrated sama kompor itu loh, yang dinyalain pake gas. Kan asik tuh kalo sudah punya rumah sendiri, trus dapurnya kita desain sendiri...Hehehe...berkhayal sambil membayangkan punya rumah sendiri...
Intinya, saya pengen mulai rajin memasak lagi. Bikin-bikin camilan untuk anak-anak. Kebetulan Daffa sudah mulai rajin buka2 kulkas nyari2 snack untuk mengganjal perut kecilnya diantara waktu makan. Nino? Huaaahhh...., jangan tanya superboy satu ini. Kalo masalah makan, my lil angel ini jagoan keluarga kami. Tidak ada barang lewat ditangannya yang tidak dicicipin masuk mulut...
Jadi, as a starter, saya mo bongkar file resep saya. Waktu itu sudah saya compile baik-baik dan saya sort berdasarkan jenisnya. Cuman karena ganti komputer ini, jadi terselip entah kemana. Tapi saya yakin masih ada di salah satu harddrive, atau kalo enggak ketemu ya upload lagi dari back-up CD.
Kalo file sudah ketemu, saya bakal mengerahkan si embak untuk bongkar gudang nyari otang dan koleksi loyang saya. Hehe...kalo sudah pekerjaan2 yg kotor bgini, sebaiknya mengandalkan asisten deh. Bukannya saya takut kotor, cuman kalo saya yang bongkar gudang, jagoan2 saya bakal dg senang hati ikut andil membongkar juga. Nah, ini yang nanti kelanjutannya bakal panjang.
Jadi, kalau ada yang mo nyicip hasil experiment saya di dapur, dipersilakan mampir ke Taman Cemara C-20. Kalo bawa oleh-oleh  juga tidak bakal kami tolak .
Tunggu deh laporan selanjutnya dari dapur saya...

Hurray.... I found my Otang

Finally I, myself, found my Otang lying desperately at the corner of my godown. It was covered by thick dust. Poor otang of mine....

Pengen mulai masak memasak lagi

Saya sudah lama absen dari hobi saya masak memasak. Rasa-rasanya semenjak kami pindah ke Jogja ini deh.

Otang (oven tangkring, red.) saya sudah raib entah dimana. Mungkin ada di gudang, tertimbun segala macam barang yang tidak muat masuk rumah. Loyang2 juga sudah entah kemana-mana. Pengen sih beli oven listrik yang agak canggih gitu. Yang pake timer dan thermostat. Tapi mengingat belum tinggal di rumah sendiri jadi menahan diri dulu deh. Saya sebenernya pengen oven yang integrated sama kompor itu loh, yang dinyalain pake gas. Kan asik tuh kalo sudah punya rumah sendiri, trus dapurnya kita desain sendiri...Hehehe...berkhayal sambil membayangkan punya rumah sendiri...

Intinya, saya pengen mulai rajin memasak lagi. Bikin-bikin camilan untuk anak-anak. Kebetulan Daffa sudah mulai rajin buka2 kulkas nyari2 snack untuk mengganjal perut kecilnya diantara waktu makan. Nino? Huaaahhh...., jangan tanya superboy satu ini. Kalo masalah makan, my lil angel ini jagoan keluarga kami. Tidak ada barang lewat ditangannya yang tidak dicicipin masuk mulut...

Jadi, as a starter, saya mo bongkar file resep saya. Waktu itu sudah saya compile baik-baik dan saya sort berdasarkan jenisnya. Cuman karena ganti komputer ini, jadi terselip entah kemana. Tapi saya yakin masih ada di salah satu harddrive, atau kalo enggak ya upload dari back-up CD.

Kalo file sudah ketemu, saya bakal mengerahkan si embak untuk bongkar gudang nyari otang dan koleksi loyang saya. Hehe...kalo sudah pekerjaan2 yg kotor bgini, sebaiknya mengandalkan asisten deh. Bukannya saya takut kotor, cuman kalo saya yang bongkar gudang, jagoan2 saya bakal dg senang hati ikut andil membongkar juga. Nah, ini yang nanti kelanjutannya bakal panjang.

Jadi, kalau ada yang mo nyicip hasil experiment saya di dapur, dipersilakan mampir ke Taman Cemara C-20. Kalo bawa oleh-oleh juga tidak bakal kami tolak .

Tunggu deh laporan selanjutnya dari dapur saya...

Tuesday, September 4, 2007

New Stock-Player

Saya ke bank hari ini. Ceritanya mo nyoba investasi dalam bentuk lain. Kemarin2 rajin mengikuti berita harga saham. Sebenernya bukan semenjak kemarin, tapi sudah semenjak sekitar setahun lebih yll. Waktu itu saya masih kerja. Hampir tiap hari ngecheckin harga2 saham di website. Tapi karena keterbatasan panjang tangan, tidak pernah terealisasi rencana untuk bermain saham.

Sekarang, ketika pikiran sudah amat sangat ringan, waktu tak terbatas, dan (yang paling penting) tabungan masih memungkinkan, saya mau mencoba lagi. Tapi rasanya kalo terlibat langsung langsung, berhubung saya masih new player, kemungkinan sukses bakal kecil. Jadi saya ikut saja paket reksadana saham.

Setelah berdiskusi dengan suami, membandingkan performance dari masing2 manager investasi, biaya-biaya, kemudahan2, akhirnya kami jatuhkan pilihan kepada satu kandidat yang kami nilai cukup bagus dan stabil. Jadi, kerjaan saya tiap hari nambah satu. Kalau buka online situs, kecuali friendster dan multiply, saya wajib juga membuka www.bisnis.com, untuk tetap uptodate dengan IHSG.

Saturday, September 1, 2007

Tiring Week End

Weekend ini benar-benar weekend yang melelahkan buat saya. Fisik dan psikis. Dik Oki, adik bungsu saya, sakit lagi. Dia memang sebulan yang lalu, sepulang dari Bangka, kena Malaria Vivax, Demam Berdarah dan tifus. Tiga penyakit yang mungkin sebenarnya bisa dibilang penyakit 'standard', tapi tidak bisa dianggap enteng. Begitu dibawa ke RS, langsung turun komando dari dokter untuk menginap di rumah sakit. Lumayan juga, 8 hari mondar-mandir dari rumah ke rumah sakit untuk jaga. Waktu itu saya berbagi shift sama hubby, untung saja dia masih libur karena masalah visa.

Jadi, sehari kemarin saya bolak-balik 2 kali ke RS Bethesda, yang lumayan tidak dekat dari rumah. Kami sebenarnya biasa berobat di Jogja International Hospital. Tapi setelah sekian lama berobat kesana, rasa2nya progress yang didapat tidak signifikan. Akhirnya kami memilih Bethesda yang memang sudah cukup 'berumur'.

Alhamdulillah, ketika hasil laboratorium darah sudah keluar dan dibahas dg dokter, tidak ada ke'tidakberesan' fungsi organ dalam. Ternyata ketidakenakan yang dirasakan Dik Oki adalah bagian dari proses recovery penyakit yang lama. Hhhh.... lega banget deh mendengarnya.

Thursday, August 30, 2007

Elegi jajan pasar

Beberapa hari ini kok saya fascinated sama yang namanya jajan pasar. Yup, jajanan yang murah, meriah, tidak bergizi dan jelas tidak higienis. Biasanya hubby tuh yang suka beli2 jajanan yang menurut saya tidak higienis, dan saya amat sangat jarang menyentuhnya. Kuwatir sakit perut atau alergi...(Beneran nih. Sekali dalam tiga kali saya makan sesuatu yang diragukan kehigienitasannya, saya bermasalah dg perut. Efeknya jadi serasa makan broklat. Pokoknya sengsara deh...)

Dua hari yang lalu, sepulang saya dari tempat senam, saya sempatkan untuk belanja di pasar. Kebetulan di dekat pintu keluar gym, ada ibu2 setengah baya yang berjualan pecel, mi dan jaek (ini istilah para pembeli yang mengerumuni ibu tersebut. Saya curiga, sebenernya kata aslinya adalah Cap Cay, yang sering terpelesetkan menjadi Cap Jaek). Ada juga tahu bacem, tempe bacem, bongko mlandingan/lamtoro (yang menurut istilah saya sbg Temanggung adalah pelas). Sebenarnya sering saya lewat di depan meja ibu itu dan tergoda untuk ikut mengerubungi dan membeli. Sempat waktu itu saya sudah antri agak lama, tapi mengurungkan niat gara-gara saya lihat lalat-lalat yang begitu lincahnya bermanuver diatas dagangan beliau.

Tapi entah kenapa, dua hari yang lalu itu kok saya agak tidak begitu mempermasalahkan ttg higienitas. Saya mantep aja ikut antri, saking tergodanya melihat Jaek yang teronggok dalam baskom. Sebenernya jujur aja, saya agak ragu juga belanja makanan disitu. Selain lalat2 yang alhamdulillah sudah banyak berkurang dibanding kunjungan saya semusim yang lalu, si ibu penjual rupanya sedang agak flu. Beliau terbatuk2 di atas dagangannya tanpa ada rasa rikuh. Boro2 pake masker, wong pake tangannya aja ndak sempat. Tapi saya tetep bergeming antri, dalam hati saya, 'Biarin deh, after so long time... Itung-itung nostalgia.'

Singkat cerita, sore itu saya pulang dg membawa oleh2 4 bungkus mie-jaek. Rencananya sih sebungkus buat saya (super pedas), sebungkus buat si Embak, sebungkus buat Dik Oki, dan sebungkus sisanya dibagi berdua untuk anak-anak. Biar mereka juga belajar mengenal jajan pasar gitu.

Begitu sampai dirumah, saya buka satu bungkus dg tidak sabar. Bener2 yang sudah memendam nafsu semenjak dari pasar tadi. Nyammmm.... huenak, rek !! Ludes satu bungkus jatah saya tanpa bersisa. Sempat juga saya ambil separo jatah Dik Oki yang tidak tersentuh. Saya lirik jatah anak-anak. Anak-anak masih jalan2 sore sama si Embak. Hmmm.... sepuluh menit mereka nggak datang, wasalam deh sama bungkusan itu...

Belum lagi sepuluh menit berjalan, tiba2 saya merasakan sesuatu yang aneh di belakang telinga. Berasa tebal dan gatal. Eh, tidak lama kemudian, rasa itu menjalar ke leher dan punggung. Saya coba lihat dari cermin, ternyata leher, dada, punggung dan telinga saya merah berbentol-bentol. Hwarakadah.... guatalnya minta ampun... Tidak diragukan lagi, saya alergi dg salah satu unsur penyusun jajan pasar tadi. Huah... hilang deh nikmat yang sudah mulai menjalar sampai ke hati...

Batal jugalah sebungkus jatah untuk anak-anak. Soalnya menurut histori keluarga kami, apa yang saya tidak bisa makan, sebaiknya anak-anak juga tidak makan. Sejarah alergi mereka lebih parah dari sejarah alergi saya.

Pagi tadi, saya malas mo berangkat belanja ke warung. Saya cegat embak penjual sayur naik sepeda yang sering lewat di blok kami. Waktu ngecek apa yang dia bawa, saya lihat beberapa bungkus tiwul dan gatot. Waahhh.... mata saya yang langsung berbinar-binar mengenali jajan pasar paling favorit saya: tiwul !! Sesaat saya inget alergi saya dua hari yll dg mie-jaek dari pasar. Tapi ini kan tiwul. No harm gitu loh... Iya, kan? Ndak ada sejarahnya orang keracunan atau alergi tiwul, kan? Orang Gunung Kidul malah makan tiwul sebagai pengganti nasi (iya nggak, sih?). Dengan berbekal pemikiran2 tadi, saya borong 3 bungkus tiwul si embak. Dan sodara-sodara.... ini adalah tiwul terenak yang pernah saya makan. Mak nyussss.... bener !! Dan saya aman sentosa selamat sampai detik ini saya menulis di blog ini.