Saturday, April 12, 2008

Cerita Pengantar Tidur

Beberapa bulan terakhir ini, saya dan hubby membiasakan untuk bercerita sebelum anak2 berangkat tidur. Kenapa baru dua bulan dan tiga bulan terakhir, dan bukan lama sebelum itu? Karena dulu kosa kata dan pengertian anak2 ttg banyak hal masih terbatas sekali, jadinya baru keluar cerita sekalimat sudah dibalas dengan pertanyaan 10 biji. Lama2 emaknya capek dan hilang sabar. Jadi, periode bercerita sempat di-pause dulu untuk sementara.

Dan ini bukan membaca cerita loh, ya. Ini benar-benar sesi mengarang bebas buat mama dan papanya. Sebulan dua bulan pertama, cerita masih sesuai dengan alur yang benar. Mulai dari dongeng binatang, sampai ke kisah pangeran dan putri. Mulai dari boneka kayu yang pandai bernyanyi sampai ke anak perempuan yang sebesar jempol.

Tapi, namanya juga limited source, setelah lewat beberapa bulan pertama, habislah ide cerita yang sesuai pakem tersebut. Padahal sudah beberapa jilid buku diborong dan dihapal isinya. Sudah gitu, karena mereka senang mendengar cerita, nggak tidur siang nggak tidur malam, pasti harus diantar dengan cerita. Tambah makin cepat habislah kosa cerita saya. Jadilah, saya harus memutar otak tiap sebelum waktu tidur untuk mengarang kilat sebuah cerita. Otherwise, Nino akan mulai merengek2 dan bisa jadi berkepanjangan kisahnya.

Ini salah satu kisah favorit karangan saya, kalau saya sudah mulai hilang ide karena mengantuk.

Pada suatu hari, ada seekor anak katak yang masih kecil. Biarpun masih kecil, tapi anak katak ini sudah bersekolah di playgroup. Tiap pulang sekolah, dia dijemput oleh mama dan adiknya untuk kemudian berjalan kaki pulang bersama-sama. Sesampainya di rumah, anak katak langsung simpan tas dan topinya dan ganti baju. Kemudian pipis, cuci tangan, cuci kaki lalu makan siang bersama2 mama dan adiknya (dan selalu disela dg pertanyaan: "Papa katak tidak ikut makan juga, Ma?" Dan selalu dijawab oleh mamanya:"Kan Papa Katak kerja").

Seusai makan siang, anak katak harus tidur siang, karena dia capek setelah bermain dan belajar di sekolah tadi. Sebelum tidur siang, dia bilang sama mamanya:"Mama, mau diceritain dong sebelum tidur". Mama katak menjawab:"Baiklah anakku. Dengarkan baik-baik ya, begini ceritanya:...

Pada suatu hari, ada seekor anak katak yang masih kecil. Biarpun masih kecil, tapi anak katak ini sudah bersekolah di playgroup. Tiap pulang sekolah, dia dijemput oleh mama dan adiknya untuk kemudian berjalan kaki pulang bersama-sama. Sesampainya di rumah, anak katak langsung simpan tas dan topinya dan ganti baju. Kemudian pipis, cuci tangan, cuci kaki lalu makan siang bersama2 mama dan adiknya (dan selalu disela dg pertanyaan: "Papa katak tidak ikut makan juga, Ma?" Dan selalu dijawab oleh mamanya:"Kan Papa Katak kerja").

Seusai makan siang, anak katak harus tidur siang, karena dia capek setelah bermain dan belajar di sekolah tadi. Sebelum tidur siang, dia bilang sama mamanya:"Mama, mau diceritain dong sebelum tidur". Mama katak menjawab:"Baiklah anakku. Dengarkan baik-baik ya, begini ceritanya:...

Pada suatu hari, ada seekor anak katak yang masih kecil. Biarpun masih kecil, tapi anak katak ini sudah bersekolah di playgroup. Tiap pulang sekolah, dia dijemput oleh mama dan adiknya untuk kemudian berjalan kaki pulang bersama-sama. Sesampainya di rumah, anak katak langsung simpan tas dan topinya dan ganti baju. Kemudian pipis, cuci tangan, cuci kaki lalu makan siang bersama2 mama dan adiknya (dan selalu disela dg pertanyaan: "Papa katak tidak ikut makan juga, Ma?" Dan selalu dijawab oleh mamanya:"Kan Papa Katak kerja").

Seusai makan siang, anak katak harus tidur siang, karena dia capek setelah bermain dan belajar di sekolah tadi. Sebelum tidur siang, dia bilang sama mamanya:"Mama, mau diceritain dong sebelum tidur". Mama katak menjawab:"Baiklah anakku. Dengarkan baik-baik ya, begini ceritanya:...

He he he, saat pertama saya bercerita kisah ini, perlu babak untuk membuat Abang menyadari kalau dia sedang dikerjain sama mamanya.

Selanjutnya, setiap dia tahu kalau tokoh ceritanya anak katak, dia langsung waspada. Siap-siap untuk protes kalau ternyata mendapat cerita berbingkai-bingkai seperti biasanya...

No comments: