Tuesday, December 11, 2007

Premium, Pertamax, Premix dkk

Masalah klasik di negeri ini semenjak saya kecil sampe setua sekarang tidak juga banyak berubah, masih tentang BBM dan BBM. Sekarang yang sedang tren dibahas adalah rencana pembatasan subsidi pemerintah (lagi) terhadap BBM jenis Premium. Rencananya, Premium Oktan-88, yang selama ini banyak beredar dan lazim digunakan oleh semua mesin berbahan bakar bensin bakal digantikan oleh Pertamax. Premium masih akan beredar, tetapi dengan nilai oktan yang lebih tinggi, yaitu Premium Oktan-90.

Bagi yang tidak terlalu berkecimpung dalam bidang per-BBM-an, mungkin perlu sedikit diberi keterangan bahwa ketiga 'barang' tersebut diatas dalam bahasa awam Indonesia adalah bensin. Yang membedakan ketiganya adalah kadar oktan yang berbanding lurus dengan efisiensi pembakaran dalam hal fungsinya sebagai bahan bakar. Premium memiliki kadar oktan terendah diantara ketiga varian bensin diatas. kadar oktan premium : dibawah 90 % ( kurang lebih ); kadar oktan pertamax : 92 %; kadar oktan premix : 94 %.

Nah, secara gamblang bisa dilihat bahwa harga Pertamax dan Premix jelas lebih mahal dari harga Premium. Lalu, kalau sama-sama bensin kenapa pula harus membeli yang lebih mahal? Dilihat dari alasan pemakaian saya mengkategorikan orang menjadi beberapa kelompok

  1. Orang yang wealthy. Kadang orang tidak punya alasan lain untuk membeli Pertamax selain bahwa dirinya cukup kaya dan selalu membeli yang termahal, regarless the quality of the good (ini saya ndak bilang kalo Pertamax tidak berkualitas bagus loh ya...)
  2. Orang yang sayang pada mobilnya (atau motornya, atau mesin apapun itu yang berbahan bakar bensin). Dengan menggunakan Pertamax, mesin lebih awet karena pembakaran lebih sempurna dan juga lebih halus karena gejala knocking bisa ditekan (terutama pada mesin dengan kompresi tinggi)
  3. Orang yang cukup peduli lingkungan. Nah, salah satu kelebihan Pertamax adalah bebas timbal alias Plumbum (Pb). Unsur Pb ini bersifat racun dan menurut penelitian bisa menurunkan daya ingat otak. Yang jelas, si Abang anak sulung saya, alergi segala sesuatu yang mengandung logam berat.
  4. Orang yang peduli sosial. Salah satu alasan abang saya memakai Pertamax, kecuali dia sangat sayang pada mobil barunya, adalah bahwa Pertamax mendapat less subsidi dari pemerintah dibandingkan Premium. Dia berpikir, kalau dia membeli Pertamax, paling tidak alokasi subsidi pemerintah bisa sedikit berkurang dan bisa digunakan untuk hal-hal lain untuk kemaslahatan bersama.

Kalau saya? Yah, saya sih mikir yang gampang saja. SPBU yang menyediakan Pertamax relatif tidak banyak, sementara semua SPBU pasti menjual Premium. Kalau saya selalu berada di kota besar, mungkin saya memutuskan akan memakai Pertamax untuk mobil saya. Tapi berhubung saya mobile dari desa ke kota dan balik lagi ke desa, ya sudah, Premium adalah kebijakan yang memudahkan hidup.

Tapi saya setuju sekali dengan kebijakan pemerintah untuk mengganti Premium dengan Pertamax. Banyak yang mengeluh ttg beratnya biaya operasional yang bakal dipikul oleh pemilik mobil dan motor kalau kebijakan itu benar2 dilaksanakan. Bagi saya, itu malah bagus. Dengan melihat semakin semrawutnya jalanan di kebanyakan kota besar di Indonesia sekarang ini yang disebabkan oleh semakin banyaknya kendaraan (yang layak jalan maupun yang kurang layak jalan). Dan juga semakin pekatnya asap2 kendaraan bermotor mempolusi udara. Ada bagusnya juga jumlah kendaraan bermotor sedikit dikurangi. Maksudnya, kalau memang tidak sanggup menanggung biaya operasional kendaraan bermotor, ya sudah, jangan beli mobil atau motor.

Tapi ya itu, harusnya pemerintah juga lebih tanggap dengan permasalahan yang bakal timbul. Setidaknya sarana transportasi umum yang sudah ada sekarang ini diperbaiki dan lebih di'layak' jalankan. Bis-bis kota yang sudah karatan dan bolong-bolong gitu, sebaiknya dipensiunkan. Jalan raya dirapikan dan ditertibkan dari para pedagang kakilima. Trotoar untuk para pejalan kaki dibenahi.

Hmmm... jadi mikir nih. Kalau masih akan tinggal di Indonesia jadi pengen beli sepeda kayuh untuk sekeluarga...

No comments: