……(saya sebenarnya punya pending cucian seember di belakang
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, hari Sabtu malam kami mengadakan pengajian di rumah. Jamaah yang hadir adalah tetangga se-RT. Jangan berpikir dengan konsep yang salah, bahwa warga RT di tempat tinggal saya adalah komunitas monoagamis. RT kami adalah komunitas sekuler dengan berbagai macam keyakinan yang dipeluk oleh warga, yang juga berasal dari banyak suku dan ras.
Malam itu hampir semua kepala keluarga yang tidak berhalangan, menghadiri acara pengajian di rumah kami. Itulah indahnya kerukunan umat beragama di RT tempat saya dibesarkan dulu. Anyway....
Seusai acara pengajian, tampaklah permasalahan baru bagi saya.
Rumah kami di Temanggung hanya punya 3 kamar dan 1 ekstra single-bed. Sementara ada mertua adik saya (bapak dan ibu), kakak ipar adik saya, Om adik saya, mertua saya (bapak dan ibu), saya cs (bersama 2 krucil), adik saya dan istrinya.
Ada hotel kecil di kota kami, tapi adat di kota kecil seperti Temanggung, tidaklah sopan untuk mengirim tamu ke hotel.
Setelah berpikir sambil mereka-reka siapa tidur dimana, dan juga meminta pertolongan tetangga dekat yang punya kamar ekstra, akhirnya permasalahan berhasil diselesaikan. Semua tamu diakomodir untuk tidur dirumah kami. Sementara saya dan anak-anak mengungsi ke rumah tetangga.
Karena jam tidur anak-anak sudah sedikit terlewati, saya segera mengusung mereka menuju ke kamar 'baru' kami. Nino sudah terlelap semenjak pengajian belum berakhir, karena sore harinya sibuk membantu menarik-narik tikar untuk pengajian. Daffa agak terbatuk-batuk, tapi saya sudah siap2 dengan perbekalan lengkap : kaos kaki, jaket tebal dan selimut ekstra. Maklumlah, setelah digujur hujan yang cukup lebat, udara Temanggung yang terletak di lereng Gng Sumbing, berasa dingin menusuk tulang.
Satu jam di tempat tidur, batuk Daffa semakin bertambah intensitas dan frekuensinya. Saya tambah 'pembungkus' badannya, juga olesan minyak kayu putih di dada dan punggung. Satu jam berselang, bukan cuma batuk yang sekarang dialami Daffa. Nafasnya jadi terdengar berat dan berbunyi ngik-ngok. Haduhh... saya mulai was-was, bengek Daffa bakalan kambuh malam ini.
Saya masih juga berpikir bahwa udara dinginlah yang jadi penyebab utama batuk dan sesak nafas Daffa. Pembungkus badan Daffa saya perbanyak lagi dengan menambah penutup telinga. Tapi the show still went on. Sampai saya suruh Daffa tidur sambil mengulum permen pelega tenggorokan untuk mengurangi batuk dan melonggarkan pernafasan.
Tidak berapa lama, Daffa mengeluh kepanasan. Gak heran sih, mengingat berlapis2 pembungkus yang menempel di badan kecilnya. Saya sabar2kan dia untuk tetap memakai semua kostum itu.
Menjelang subuh, tidak seorangpun diantara kami berdua yang memejamkan mata dan terlelap. Saya khawatir sekali kalau sesak nafasnya semakin menghebat dan saluran nafasnya benar2 tersumbat. Jadi, tarikan nafas Daffa benar2 saya perhatikan.
Bersamaan dengan terdengarnya adzan subuh, saya baru memikirkan kemungkinan lain. Kasur yang kami tiduri adalah kasur kapuk. Selama ini Daffa jarang sekali tidur di kasur kapuk. Dan debu kapuk adalah salah satu pencetus alergi bagi penderita asma.
Lalu salah satu selimut yang saya pakai untuk membungkus tubuh Daffa saya buka, kemudian saya fungsikan jadi seprei tambahan.
Akhirnya batuknya mereda, sesak nafasnya tidak bertambah parah, dan dia bisa tertidur selama kurleb 2 jam.
……(nah, sudah saatnya saya kembali ke tugas utama saya: kucek mengkucek cucian di kamar mandi belakang. Insyaallah, to be continued besok….)
1 comment:
weh...diary blog ya mbak...ayuuh mbak bikin lagi blog...sapa tau bisa mendatangkan duit...aq jg lg belajar nih...bisa disambi2 sama kerjaan rt loooh mbaak...
Post a Comment