Menghitung hari
Detik demi detik
Masa ku nanti apa kan ada
Jalan cerita kisah yang panjang
Menghitung hari...
He he he.... saya sedang menghitung hari nih. Counting down, day by day. Dan semakin dekat harinya, semakin deg-degan.
Yak, saya mau pulkam ke Endonesah tertjintah bersama dua koboi kecil saya. Si Papa ditinggal disini, soalnya gak dikasih libur sama Pak Boss (lha emang nggak minta sih). Lagi pula pekerjaan menumpuk, menunggu untuk ‘disentuh’.
Pertanyaan banyak orang: apa sanggup membawa dua koboi ini melintasi jarak yang hampir 8000 km dengan waktu tempuh hampir 24 jam untuk sampai di rumah?
Jaman dulu, waktu saya masih sering travelling lintas negara lintas benua, saya pernah berbarengan satu pesawat dengan seorang ibu muda yang membawa dua anak balitanya, dari Jakarta ke Amsterdam. Hebatnya lagi, si ibu itu tidak ditemani siapapun juga kecuali kedua anaknya. Saya masih ingat jelas, betapa terkagum2nya saya. Si kecil digendong didepan dengan gendongan ransel, sementara si besar di dudukkan di dalam strollernya. Sementara sebuah backpack tersandang dipunggungnya. Dalam hati saya bilang: “that’s what I called supermom”.
Banyak yang bilang saya adalah supermom ketika masih jadi tukang insinyur dulu. Tapi bagi saya, ibu muda itulah the real supermom. Jadi, semenjak itu, saya selalu membayangkan bahwa saya sendirian bepergian dengan membawa kedua anak balita saya.
Hubby sempat terbengong tidak percaya dengan ide saya pulang ke Indonesia tanpa ditemani. Terbayang bandara Dubai Intl yang begitu penuh orang dan padat. Masih teringat ulah dua koboi kami ketika berangkat kemarin yang menelusup2 diantara antrian sebegitu banyak orang. Belum lagi, masih harus pindah pesawat. Trus nanti kalo yang satu minta diantar ke toilet sementara yang lain tidak mau ditinggal?
Dan saya jawab: Itulah tantangannya....
No comments:
Post a Comment