I just got a thrilling experience this evening. Sore ini saya harus belanja beberapa barang logistik rumah untuk persediaan beberapa hari, karena hari besok mobil mau diambil oleh si empunya . Jadi, saya berangkat sekitar jam 19:30-an dari rumah menuju ke Amplaz (Ambarukmo Plaza, red.) sendirian. Sampai di pintu parkir, kecepatan mobil harus melambat karena antrean untuk masuk ke area parkir cukup panjang. Seperti biasa, saya memilih parkir di lower ground karena alasan familiar dan gampang. Begitu sampai pada kelokan pertama, mobil saya tidak boleh masuk karena sudah penuh (padahal mobil didepan saya persis, masih bisa masuk loh...). Jadi, saya diharuskan untuk naik ke lantai berikutnya.
Nah, disinilah bagian yang menakutkan itu dimulai. Mungkin bagi orang lain, naik ke lantai atas areal parkir adalah hal yang biasa. Tapi definitely tidak bagi saya. Yang pertama, saya mantan phobia ketinggian. Well, mungkin bukan benar2 phobia yang parah, tapi kalau saya berada di ketinggian lebih dari 2 kali tinggi badan saya dengan luasan bidang injak yang tidak terlalu lebar, langsung deh rasa lemas pada kaki dan mual pada perut mulai beraksi. Thing went better setelah beberapa lama saya bekerja sebagai engineer logging, dimana salah satu bagian dari pekerjaan saya adalah naik turun rig dengan tinggi bervariasi. Tapi, ketika saya kembali lagi ke dunia yang beradab* rasanya phobia itu kembali lagi.
Yang kedua, dalam setahun ini sudah ada 2 cerita pagar alur parkir ditabrak mobil di salah satu pusat pertokoan di Jakarta. Kejadian yang pertama membawa korban satu keluarga yang terdiri dari 3 orang (atau 4 ya?) meninggal. Dan berita itu mempertegas keengganan saya untuk parkir terlalu jauh dari permukaan tanah.
Dengan berbekal dua alasan tersebut, saya jelas tidak akan memilih parkir lebih tinggi dari 2 level. Tapi apa daya, malam ini adalah malam libur. Sedangkan besok, saya sudah akan tidak punya mobil lagi. Sementara saya masih harus beberapa hari menghidupi anak-anak saya (sebuah cara pengungkapan yang cukup dramatis yak...). Jadi, saya bulatkan tekad dan memantapkan hati untuk menerjang segala rintangan. Halah....
Level pertama lewat dengan lancar, karena kebetulan beberapa hari yang lalu saya sempat tidak kebagian parkir juga di lower ground, jadi mau tidak mau harus juga naik ke atas. So, bisa dikatakan saya sudah 'berlatih' untuk level ground floor. Dan, tetap tidak ada tempat kosong di level ini. Terpaksa deh naik lagi ke lantai berikutnya. Hasilnya? Penuh..nuh...nuh... Dengan hati berat, saya naik ke level selanjutnya: 1st floor. Penuh lagi....
Sudah kecut hati saya. Biarpun AC didalam mobil sudah terpasang cukup dingin, tetap saja keringat mulai menetes. Karena sudah naik cukup jauh, saya tekadkan untuk tetap mencari parkiran kosong. Sambil membayangkan diapers dirumah habis, sereal habis, sabun mandi tinggal sedikit.... Di atas 1st floor, ternyata bukan 2nd floor, tetapi mezziani floor. Dan, shoot...!! ternyata disitu tidak dibuka untuk parkir. Berarti saya tetep harus naik ke level selanjutnya.
Kaki sudah berasa menolak untuk mematuhi perintah. Tapi akal sehat saya menyuruh untuk tetap terus. Come on, you've been this far... Jadilah saya naik ke 2nd floor. Dan, sekali lagi tempat itu tidak dibuka untuk area parkir. Oke, saya akan naik sekali lagi, but I promised myself, this will be my last attempt for parking space. Otak saya sudah tidak terlalu bisa berpikir jernih. Kaki sudah setengah menolak untuk bekerja sama dengan baik. Dada saya deg-degan hebat, keringat dingin sudah membasahi punggung.
Akhirnya saya sampai di 2nd floor mezziani. Dan.... kebagian last space di lantai itu untuk memarkir mobil saya. Fiuuu.....
No comments:
Post a Comment