Masih terngiang2 obrolan saya dg seorang anak, finalis Olimpiade Sains Kuark, yang berasal dari daerah 'agak' terpelosok. Si anak, tahun lalu adalah Bronze Medalist dari Level 2 (untuk SD kls 3-4). Kami menginap di penginapan yang sama.
Pagi itu saya dan Abang sarapan pagi sebelum berangkat ke lokasi lomba. Kebetulan si anak tersebut juga sedang menyantap sarapan paginya.
Setelah basa-basi dan obrolan ringan ttg seputar asal sekolah dan kota tempat tinggal, si anak bercerita
Anak (A) : Aku kemarin dapat bronze medal, loh...
Saya (S) : Wahhh, keren... Dapat banyak hadiah dong. Dapat uang juga ya....
(A) : Iya... Dapat uangnya buanyaaakkk sekali.... Aku dapat uang 2 juta...
Ekspresi wajahnya sulit untuk dideskripsikan, antara kagum dg uang 'buanyaaaakkk sekali' dan bangga diri..
(S) : Trus, uangnya buat apa dong?
(A) : Sama ayahku dipakai buat beli laptop.
(S) : Trus laptopnya buat apa? Buat nge-game ya?
(A) : hehe, iyaa....
sambil tersenyum agak malu...
(S) : Trus, sekarang kalau menang lagi, uangnya mau dipakai buat apa? Masa mau beli laptop lagi?
(A) dg suara mantap dan bersemangat : Aku mau beli es krim Di**ond yang pake mangkok (plastik, red.) buat teman-teman satu sekolahku.... Biar teman-temanku semua ngerasain pernah makan es krim...
Saya tercenung sesaat sebelum tersenyum.
Betapa tidak rumitnya pikiran anak-anak. Begitu sederhana pikiran mereka untuk menjadi bahagia dengan membahagiakan teman-teman sekolahnya yang (mungkin) belum pernah makan es krim.
Padahal saya setengah yakin, orang tuanya belum tentu merelakan uang hadiah si anak dipakai untuk mentraktir teman-teman satu sekolah.
Seperti halnya saya, yang sudah pasti akan 'merancangkan', digunakan untuk apa saja uang hadiah, seandainya anak saya berhasil menang.
Notes: ...dan diakhir acara, si anak tersebut meraih medali dan hadiah untuk honorable mention.... Dalam hati saya berharap, semoga orang tuanya menyadari, bahwa selain cerdas akademis, putra mereka juga berpotensi memiliki kecerdasan sosial....
Pagi itu saya dan Abang sarapan pagi sebelum berangkat ke lokasi lomba. Kebetulan si anak tersebut juga sedang menyantap sarapan paginya.
Setelah basa-basi dan obrolan ringan ttg seputar asal sekolah dan kota tempat tinggal, si anak bercerita
Anak (A) : Aku kemarin dapat bronze medal, loh...
Saya (S) : Wahhh, keren... Dapat banyak hadiah dong. Dapat uang juga ya....
(A) : Iya... Dapat uangnya buanyaaakkk sekali.... Aku dapat uang 2 juta...
Ekspresi wajahnya sulit untuk dideskripsikan, antara kagum dg uang 'buanyaaaakkk sekali' dan bangga diri..
(S) : Trus, uangnya buat apa dong?
(A) : Sama ayahku dipakai buat beli laptop.
(S) : Trus laptopnya buat apa? Buat nge-game ya?
(A) : hehe, iyaa....
sambil tersenyum agak malu...
(S) : Trus, sekarang kalau menang lagi, uangnya mau dipakai buat apa? Masa mau beli laptop lagi?
(A) dg suara mantap dan bersemangat : Aku mau beli es krim Di**ond yang pake mangkok (plastik, red.) buat teman-teman satu sekolahku.... Biar teman-temanku semua ngerasain pernah makan es krim...
Saya tercenung sesaat sebelum tersenyum.
Betapa tidak rumitnya pikiran anak-anak. Begitu sederhana pikiran mereka untuk menjadi bahagia dengan membahagiakan teman-teman sekolahnya yang (mungkin) belum pernah makan es krim.
Padahal saya setengah yakin, orang tuanya belum tentu merelakan uang hadiah si anak dipakai untuk mentraktir teman-teman satu sekolah.
Seperti halnya saya, yang sudah pasti akan 'merancangkan', digunakan untuk apa saja uang hadiah, seandainya anak saya berhasil menang.
Notes: ...dan diakhir acara, si anak tersebut meraih medali dan hadiah untuk honorable mention.... Dalam hati saya berharap, semoga orang tuanya menyadari, bahwa selain cerdas akademis, putra mereka juga berpotensi memiliki kecerdasan sosial....
No comments:
Post a Comment