Tertarik juga nih dg usul Cikko untuk menulis flashback beberapa periode dalam kehidupan saya. Lumayan juga buat pengingat ketika sudah tua besok (amiinn, semoga diberi umur panjang oleh Yang Maha Kuasa), bisa dijadikan bekal pengalaman bagi anak-anak.
Dimulai pada bulan Desember 1999, ketika saya ikut rekruitmen Schlumberger secara iseng2 berhadiah. Lha wong saya belum lulus, belum ujian skripsi (aka. Pendadaran), nulis juga belum sampe kesimpulan. Cuma waktu itu saya benar2 sudah bosen jadi mahasiswa. Capek jadi orang yang uang sakunya pas2an terus. Bayangpun deh, saya masuk UGM thn 1993, jadi bisa dihitung toh, berapa tahun saya melewatkan waktu saya jadi mahasiswa. Eh, tidak disangka, surat lamaran yang kami antar rame2 malam hari ke hotel tempat para rekruter menginap (dan itu sudah terlambat, wong deadline-nya harusnya tadi siang jam 12) membawa keberuntungan bagi saya. Waktu itu kami bertujuh menyerahkan lamaran, hanya 3 yang lolos sampai ke tahap test kedua (saya, Dwi Budi dan Winarno). Dan hanya saya dan sohib saya, Budi, yang lolos ke wawancara. Selewat wawancara, tidak ada kepastian dari Schlumberger ttg nasib saya. Ditolak tidak, diterima juga tidak. Well, waktu itu saya pikir, mending saya konsen ke skripsi saya yang terbengkalai, baru kemudian saya kejar Schlumberger lagi.
Balik lagi ke kampus, berkutat dengan skripsi yang materinya sama sekali tidak saya sukai. Menghadap dosen pembimbing saya. Revisi. Menghadap lagi. Revisi lagi. It’s just like a never ending chain. Padahal, entah kenapa, saya selalu stress berat kalo menghadap pak dosen pembimbing ini. Akhirnya, setelah 2 tahun kucing2an dengan skripsi, berakhir juga penderitaan saya dengan maju ujian pendadaran. Tanpa disangka, setelah melewati presentasi dan seminar yang menyebalkan (dan jelas bukan presentasi dan seminar yang membanggakan), saya dihadiahi nilai A oleh tim penguji. How lucky I was. I must have done something good days before...
Bulan Mei 2000, akhirnya cita-cita Bapak dan Ibu saya untuk melihat putri satu-satunya berkalung shamir kesampaian juga. Pada tanggal 20 Mei 2000 (tgl 19 adalah hari Minggu, jadi tidak ada wisuda), saya ditahbiskan menjadi seorang Ssi dalam bidang Fisika. Hmmm.... tidak ada rasa yang berbeda dalam hati dg penambahan 3 huruf dibelakang nama saya. Yang jelas, masih berasa lega dihati karena terbebas dari skripsi yang menyebalkan.
Back to real life, sudah saatnya untuk chasing Schlumberger lagi. Bulan Mei ini mereka balik lagi ke kampus untuk mengadakan rekruitment. Saya dan Budi, yang nasibnya sama2 digantung, berniat untuk protes kepada para rekruiter. Sehari sebelum tim rekruiter tsb presentasi, saya mengirim email pada TDS Manager (waktu itu Ahmad Yuniarto) menanyakan ttg kejelasan hasil interview saya. Response yang saya dapat benar2 menyenangkan. Saya disuruh datang lagi ke hotel untuk langsung wawancara. Pewawancara saya kali ini tidak tanggung2: si bos gadang, Ahmad Yuniarto. It was really a fun interview. Pulang dari wawancara, rasanya mantep banget bahwa saya bakal ke Schlumberger.
Bulan Juni tahun yang sama, mulailah rangkaian trip Jakarta-Jogja untuk beberapa wawancara lanjutan dan tes kesehatan. Beruntunglah saya, saya diberi pilihan untuk masuk ke Western-Geco (was Geco-Prakla) atau ke Wireline. Salah seorang teman dekat saya, Tana, yang sudah setahun di Schlumberger langsung menyarankan Wireline. Saya sebenarnya lebih condong ke Geco Prakla, tapi karena iming2 Tana ttg Wireline yang bla..bla..bla..., akhirnya saya kirim imel ke Pak Ahmad untuk membatalkan option masuk Geco Prakla. And again, I feel lucky to choose Wireline.
Bulan Juli, saya bersama 15 engineer baru dari berbagai kebangsaan (4 dari Indonesia, termasuk saya)menandatangani kontrak dengan Schlumberger. Dan mulailah babak baru dalam hidup saya dimulai, a point of no return. Kami menjalani masa pelatihan Schlumberger pertama: OFS 1. Mulai dari pengenalan Schlumberger life style, sampe diceburin ke pelabuhan Merak untuk sea survival training dan Helicopter Underwater Escape Training. What a new pleasure adventure for me. Di akhir 2 minggu training, saya diberitahu bahwa next assignment adalah Thailand, di sebuah kota kecil bernama Phitsanulok.
A big journey was waiting in front of me. It was my first time for a lot of things. First time spending time in a nice luxurious five stars hotel. First time flying in an aeroplane. First time going abroad. First passport. First time being in a place where I don’t speak my language and they don’t speak mine. And I had to take care everything by myself!
(b e r s a m b u n g ahh...)
No comments:
Post a Comment